Kanagewa

Oleh Irman Syah

Ketika seorang kreator, atau seniman apa pun menciptakan format pertunjukan untuk dirinya melalui apa yang dia lakukan di panggung sebagai media komunikasi tentu akan mencerminkan talenta yang dia miliki. Pengalaman estetika pun turut muncul ke permukaan. Dengan begitu tak dapat dipungkiri pula bahwa kemampuan semacam ini merupakan keunikan dan kelebihan tersendiri dari kreatornya. Biasanya, keterlibatan disiplin imu seni lainnya akan membantu dan selalu mengisi kekuatan
.
Begitulah pengalaman, atau proses kreatif, jam terbang, dan atau dengan segala macam bahasa lain yang dapat untuk mengungkapkan maknanya. Ketika pemikiran semacam ini lagi hangat-hangatnya jadi bahan perbincangan para seniman muda, baik di Saung Sastra (Perpustakaan Pinggir Kali) atau di beberapa tempat lainnya seperti kantong-kantong kebudayaan: baik di Bulungan, Tim, Komunitas Planet Senen dan sebagainya, tanpa diduga Sastra Kalimalang kadatangan seorang tamu.

Perawakannya unik, di pakaian serta kantong-kantong yang meliliti pinggangnya kelihatan ada bekas percikan-percikan cat beragam warna. Tak ketinggalan pula tas punggunya yang sedikit dikumali oleh warna-warna. Ternyata benar, dia seorang pelukis sebagaimana diperkirakan sebelumnya. Ki Joko Wasis, demikian orang menyebutnya. Kalimat-kalimat dan canda dalam bincang santai ini pun tetap berlanjut: pemikiran kian mengemuka. Sosok unik ini terus mengikuti pikiran-pikiran yang terlontar dan sesaat kemudian wacana mengarah pada senirupa pertunjukan. Dia tidak dapat mengelak:

Dengan suaranya yang sedikit khas dia mulai bicara. “Kanagewa!” Demikian ungkap perupa ini dengan jawabannya yang tanggap. Penamaan Kanagewa adalah sebuah singkatan dari 4 disiplin kesenian yang digabungkan: Kata (Sastra), Nada (Musik) Gerak (Tari) dan Warna (Rupa). Kesamaan tema, baik teks Sastra, Musik, Tari, dan Rupalah yang mengikatnya menjadi semacam Performance atau pertunjukan Kolaborasi. Karya serempak selesai: dokumentasi pertunjukan terekam lewat video dan Lukisan yang dihasilkan bisa dikoleksi saat itu juga. Wah, cerita dan diskusi akhirnya beralih pada proses dan konsep Rupa Seni-nya Ki Joko Wasis: ‘Kanagewa’, ya, inilah senirupa pertunjukan  yang dikemas oleh perupa dalam hal menyampaikan gagasan, pesan dan nilai rupa seni, ungkapnya.

Tokoh rupa yang nota bene adalah Pelukis Jalan Kaki Jogja – Jakarta yang juga personil Boy Band 3 Mantra (Tiga Manusia Tradisional) ini telah membuat kawan-kawan SKM sedikit terperangah: apalagi keinginannya untuk melakukan napak tilas, Anyer – Panarukan.  Konsep dan semangat patriotik yang dia miliki dalam menyusuri ‘Sejarah dalam Tradisi Rupa Seni dan Seni Rupa’ merupakan program yang segera dilakukan. Melukis sambil berjalan kaki untuk sebuah sedekah sejarah. Sastra Kalimalang mendapatkan tambahan warna dari Kanagewa yang tengah dipersiapkan.
RoKe’S, 7 Juni 2012

Share:
spacer

2 comments:

  1. terima kasih gan atas informasi nya

    jangan lupa kunjungi juga situs kami di

    http://stisitelkom.ac.id

    ReplyDelete
  2. fefqikiranaklinton,

    salam..
    ya, terimakasih juga
    semoga baik dan sehat:

    jabat-erat!

    ReplyDelete

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI