Dalam Arus Sungaimu

ternyata sungaimu menyimpan gelepar
arusnya tak semilir tampar, kaukirim sepucuk kartu
“selamat berakit batang pisang…”
senyummu ternyata pisau yang mengkilat
di bibir basah, lapar tak sekenyang nasi
air tak pupus haus
aku berjalan ke batas pandang
sampai ke gelap matahari, ke jalan-jalan bulan


matalah sesungguhnya arif menangkap senyum
apalagi arus
sementara kau tak pernah mengirim pesan
tentang gaya apa mesti kukayuhkan
bila tak mencapai air
dan embun terlalu sulit jadi sungai atas diammu

arus sungai dalam dadaku semakin liar tanpamu
akankah biru langit kan indah andai selendang
yang kau kalungkan mengikat leher
ah, arus ini tetap tak hilang 
selagi aku masih kehilangan!

Share:
spacer

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI