Jangan Biarkan Ibu Pertiwi Menangis (‘!’) .

(Album Sastra Kalimalang Akustik)
Oleh Irman Syah

“Hidup telah mengajarkan jalannya sendiri-sendiri bagi manusia.” Demikianlah petuah dan ungkapan, atau pandangan lirik di ‘rohmantik’ perihal landasan ‘estetika kehidupan’. Tentang bagaimana memposisikan sikap dalam mencipta ketepatan. Menafasi perilaku hidup manusia hari ini dalam lalu-lintas kehidupan dan segala hal lain sebagaimana mestinya. 

Cermin perilaku kemanusiaan akan terpancar dari cahaya, lantunan puji syukur atas sejumlah anugerah yang diberikan, dan bertebaran di muka bumi. Dari sinilah, diri mengalirkan tindakan, laksana sungai dalam jiwa yang menyimpulkan pencarian dan penemuan di jalanan kehidupan. Kedewasaan pandangan akhirnya membutirkan satu demi satu karya cipta dalam keseharian kehidupan. Beraktifitas dengan kreatif tentunya.

Maka tersebutlah ‘Komunitas Sastra Kalimalang’ yang konsisten berbilang tahun merangkul ragam kalangan dengan prioritas utama meujudkan kata ‘persatuan’ di dalam berbagai elemen serta  lapisan masyarakat berdasarkan  pemahaman dan nilai kebudayaan melalui proses cipta karya sastra lewat sentuhan dan apresiasinya. 
Mengedepanlah kebersamaan dalam menyikapi dinamika segala bidang, begitu pun dampak yang mungkin terjadi pada tatanan kehidupan ‘masyarakat negeri’ di Bumi Tanah Tercinta. 

Melalui konsep ‘Art Terapy’ komunitas ini mengantisipasi persoalan yang menggejala di dalam kenyataan dan kehidupan masyarakat melalui cipta karya kesenian. Mengajak dan mengayomi Tukang Parkir, Sekuriti, Mahasiswa, Pengamen, Tukang Ojek, Tukang Tambal Ban, Napi – dengan jalan masuk ke Lapas-lapas – Calo, Pedagang Kaki Lima untuk menulis puisi. Ya!  Mengembalikan sastra ke masyarakat. Dengan begitu kesusastraan tidak terpisah dengan gejolak kehidupan yang sesungguhnya. Sastra tidak hanya menjadi milik dari sekelompok orang, karena kecendrungan yang muncul telah mendamparkan sastra pada tataran yang meng-elite-kan diri oleh para pelakunya. Sastra Kalimalang menolak hal yang semacam itu. 

Bila ilmu pengetahuan tidak mampu mengatasi konflik dan kontradiksi kehidupan yang dialami manusia, maka sastra  akan membangun pencerahan bagi mereka. Intinya, Sastra Kalimalang tetap teguh dengan pendirian: “Melihat Indonesia melalui kata, merindai rajutan waktu dan kehidupan melalui wadah silaturrahmi seluruh lapisan masyarakat berdasarkan teks-teks yang terlahir di keseharian hidup dan kehidupan. Ketika kata-kata menjadi peristiwa, ‘kata’ tak lagi sekedar ‘kata’, ada ‘makna’ yang menubuh di dalamnya. Ya, Inilah KPK (Komunitas Penemu Kata)

Setelah mengevaluasi rangkaian proses dan gerakan kegiatan seni-budaya yang dilakukan di bantaran Kalimalang, di samping Kampus Unisma - Bekasi, Komunitas ini semakin teguh untuk berusaha menghadirkan kebutuhan nilai-nilai budaya yang diinginkan masyarakat. Melakoni pandangan dengan jalan kebudayaan, yang tak lain adalah melihat ‘perbedaan’ dan kemudian mencari jalan estetika mencipta ‘persatuan’ tentu ‘kata’ jadi bernyawa. Maka gerakan kesenian sebagai ujud dari bahasa kebudayaan makin mengajarkan betapa pentingnya persatuan dalam meringankan beban kehidupan yang dialami manusia lain di mana saja. 

Untuk itu, Sastra Kalimalang menghadirkan album Akustik dengan tajuk ‘Jangan Biarkan Ibu Pertiwi Menangis’. Ada 9 (Sembilan) karya puisi dari berbagai kalangan sebagaimana disebut diataslah yang dipilih untuk menjadi lirik karya musik akustik dalam album ini. Karya ‘Sastra Kalimalang Akustik’ ini merupakan kata-kata terpilih dari Komunitas Sastra Kalimalang dalam usaha penemuannya berdasarkan apressiasi dan terjemahan peristiwa bagi jalan keluar yang mesti disikapi segenap orang di negeri ini. 

Sastra Kalimalang mengemas-cipta ‘Perbedaan’ untuk mengutuhkan persatuan, bukan mengumpulkan persamaan dalam sebuah ‘Persatuan’ sebagaimana diamini sekelompok orang  sekarang ini untuk meujudkan kekuasaan dalam pemerintahan. Maka untuk membuka dan mengisi tahun 2015 komunitas ini telah menyiapkan bahasa melalui karya, sebuah komposisi music dengan garapan yang apik dan merakyat. Sastra Kalimalang Akustik akan hadir mengunjungi anda. Semoga Kebhinekaan tetap jadi patokan untuk persatuan, bukan celah yang diseleweng untuk pertengkaran dan perselihan.

RoKe’S, 2 Januari 2014
Share:
spacer

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI