Sebuah Apressiasi Puisi Dhenok Kristianti )*
Oleh Irman Syah
Pendahuluan.
Sekedar menyamakan persepsi, sebaiknya kita sepakati terlebih dahulu
kesatuan pandangan bahwa puisi adalah kristalisasi dari ungkapan penuh makna
yang terlahir atas kedekatan yang intim antara diri penyairnya dengan ‘diri’
yang ia citrakan di dalam karya puisinya.
Jangan rumit-rumit. Jangan pula terlalu jauh. Biasa-biasa saja. Semua pasti
akan ketemu ujung.
Kedekatan puisi dengan penciptanya tak perlu dibantah. Puisi itu terlahir
dari apa yang ingin disampaikan oleh penyairnya. Sesuatu yang dekat dengan rasa
dan pengalaman hidupnya. Terserah apa itu berupa pengalaman empirik atau
pengalaman referensial.
Pengalaman empiric merupakan resapan yang dialami oleh
manusia berdasarkan apa yang terjadi langsung melalui perjalanan hidupanya,
sedangkan pengalaman referensial merupakan pengalaman dari
bacaan yang ia lihat dan baca atau ditelusuri melalui tulisan yang dia ikuti.
Jadi, adalah sesuatu yang mustahil jika sebuah puisi berjarak dengan
penulisnya. Selain terlalu sulit ketika menuliskannya, juga komunikasi yang
dihadirkannya pun tidak akan begitu lancar. Terbata dan terpenggal-penggal.
Kenyataan seperti ini sering ditemui bagi penulis pemula.
Belum lagi persoalan bahasa yang digunakan. Jika calon penyair masih
kerepotan dalam berbahasa, maka dia akan kesulitan pula menciptakan ungkapan
dalam karyanya. Nah, di sini pentingnya membaca sebelum seseorang itu memilih
untuk menjadi penulis.
Ngopi Bareng Tuhan.
Ketika saya tanyakan, kenapa judul puisi ‘Ngopi Bareng Tuhan’ yang dipilih
kepada Alika dan Boli, kedua penggagas acara reguleran ‘Ngobrol’ Puisi (Nyastra
Kali) Saung Sastra Kalimalang ini menjawab: Sebagai tema event judul
puisi itu menarik dan dapat memancing imajinasi.
Maka, dengan alasan demikian itulah akhirnya saya ikut setuju.
Tentu saja pembahasan puisi tersebut disesuaikan dengan situasi dan
pengunjung yang akan mengikutinya. Dikarenakan yang akan hadir adalah penulis
pemula dan bahkan calon penulis maka pembahasan tentang puisi ini merupakan
apressiasi ringan saja. Dan ini sesuai dengan konsep program dan komunitas,
bagaimana melihat puisi bukan sesuatu yang elite.
Ngopi bareng Tuhan adalah judul puisi Dhenok Kristianti di
dalam Antologi puisi berduanya dengan Nana Ernawati. Judulnya
‘Berkata Kaca’. Dari 66 judul puisi yang dimuat pada buku itu masing-masing
penyairnya menghimpun 33 judul puisinya.
Dhenok Kristianti memberi judul ‘Pulang Menujumu’ untuk 33 puisinya dan
Nana Ernawati memilih judul dengan ‘Di Sebuah Kota yang Jauh’. Mereka yang dulu
sama-sama hidup di Jogja kemudian berpisah: Dhenok di Bali dan Nana memilih
Jakarta sebagai domisili.
Kembali ke ‘Ngopi Bareng Tuhan’, puisi ini sengaja ditarok paling awal oleh
Dhenok Kristianti pada ‘Pulang Menujumu’. Dan dari tulisan Pengantar oleh F.
BambangKusumo serta Epilognya oleh Veven Sp. Wardana,
keduanya tak ada yang menyinggung puisi ini.
Apressiasi Puisi.
Berangkat dari pendapat serta pikiran dari tulisan pendahuluan di atas,
bahwa puisi tercipta dari kedekatan serta pengalaman empirik dan referensial
dari diri penyair maka puisi ‘Ngopi Bareng Tuhan’ karya Dhenok Kristianti akan
kita coba untuk menelusurinya.
Kedekatan bisa saja berdasarkan keintiman atas jarak yang dirasakan atau
pun memang bergumul langsung dalam bentuk yang bersentuhan karena kehampiran
yang tak berjarak itu sendiri. Yang pertama dihubungkan oleh rindu dan harapan,
sementara yang kedua akan menciptakan pergondaman.
Bangunan keinginan tersebab jarak belum tentu akan berterima sesuai
harapan. Demikian yang terjadi dalam puisi ini. Ajakan ngopi pada Tuhan di cafe
mewah pinggir pantai berubah menjadi ngopi di pinggir jalan. Tuhan ternyata
tidak memilih kemewahan tapi lebih memperhatikan persoalan dan derita
kebanyakan.
Kenyataan seperti itu ditulis Dhenok Kristianti dengan gaya ucapnya yang
lancar dan ringan. Pemaknaan yang disampaikan juga terasa sangat gampang
dicerna. Perbedaan manusia dan Tuhan terasa pada pemilihan diksi dan ungkapan
katanya. Tuhan dan kopi pahit dan dia dengan kopi manis.
Mari kita lihat puisi Dhenok Kristianti ini secara utuh:
NGOPI BARENG TUHAN
Ngopi bareng Tuhan
sungguh tak enak
Ia tolak ajakanku untuk ngopi di cafe mahal di pingir pantai
“Malu,” katanya
Maka beginilah. Tuhan dan aku berhadapan di kedai kecil
di pinggir jalan
Secangkir kopi pahit untuknya,
Secangkir kopi manis untukku
Kopi manisku serasa sampah,
apalagi kopi pahitnya tanpa gula
Tapi kenapa ia tersenyum juga?
Ia tolak ajakanku untuk ngopi di cafe mahal di pingir pantai
“Malu,” katanya
Maka beginilah. Tuhan dan aku berhadapan di kedai kecil
di pinggir jalan
Secangkir kopi pahit untuknya,
Secangkir kopi manis untukku
Kopi manisku serasa sampah,
apalagi kopi pahitnya tanpa gula
Tapi kenapa ia tersenyum juga?
Ngopi bareng Tuhan tak
terasa bebas nikmatnya
Selalu ada gangguan untuk hanya berdua
Aku dan Tuhan.
Tuhan dan aku,
tak bisa berdua saja
Mengapa selalu menyelinap makhluk bersayap berwajah cahaya?
Berebut menyodorkan begitu banyak keranjang pesan
permohonan-permohonan,
umpatan-umpatan,
secuil syukur
Semua bertanda mendesak
Semua minta diperhatikan oleh Tuhan
Tuhan yang sedang ngopi denganku
di kedai kecil di pinggir jalan
Selalu ada gangguan untuk hanya berdua
Aku dan Tuhan.
Tuhan dan aku,
tak bisa berdua saja
Mengapa selalu menyelinap makhluk bersayap berwajah cahaya?
Berebut menyodorkan begitu banyak keranjang pesan
permohonan-permohonan,
umpatan-umpatan,
secuil syukur
Semua bertanda mendesak
Semua minta diperhatikan oleh Tuhan
Tuhan yang sedang ngopi denganku
di kedai kecil di pinggir jalan
Alangkah sibuk ia.
Kopipun dingin
Diminum juga pahitnya sampai ke ampas-ampasnya
Pada setiap teguk terminum getir dunia,
getir yang tak pernah diciptanya, tapi yang harus ia telan
karena cinta
karena cinta
Diminum juga pahitnya sampai ke ampas-ampasnya
Pada setiap teguk terminum getir dunia,
getir yang tak pernah diciptanya, tapi yang harus ia telan
karena cinta
karena cinta
Ngopi bareng Tuhan!
Hei… mau mencoba?
Hei… mau mencoba?
2011
Kasih dan cinta sebagai inti ajaran Tuhan terasa betul dalam puisi ini. Cinta kasih Tuhan menjadi lebih utama.
Tuhan lebih memilih kesederhanaan. Kopi pahit diminumnya dengan senyuman. Tuhan
yang sibuk dalam puisi ini lebih memilih kegetiran umat yang bukan cuma personal.
Dhenok mencoba secara kreatif untuk keinginan personalnya lewat aku lirik
pada Tuhan dan itu tentu saja tidak akan memungkinkan. Dengan begitu kenikmatan
kopi adalah sebuah jawaban. Kekecewaan yang dialami dalam sebuah keinginan itu
pun akhirnya bisa berterima.
Semua tak lebih
dikarenakan oleh cinta. Ya, karena cinta.
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan. Bahwa setiap orang memiliki gaya
bahasanya sendiri dalam mengungkapkan sesuatu. Demikian juga penyair, dia akan
memiliki keunikan tersendiri dalam memilih gaya bahasanya. Dhenok Kristianti
dengan cara demikian, anda tentu akan lain pula.**
Nyastra Kali, 27 Januari 2017
______________________________
*) Tulisan ringan tentang Apressiasi Puisi bagi calon dan penulis pemula dalam program Nyastra Kali Saung Sastra Kalimalang Bekasi.
*) Tulisan ringan tentang Apressiasi Puisi bagi calon dan penulis pemula dalam program Nyastra Kali Saung Sastra Kalimalang Bekasi.
Terima kasih, Irman Syah.
ReplyDelete