“Sebuah media adalah sebatang sungai; sepokok
pohon atau sebatang tubuh yang menghadirkan kejujuran bahasa sebagai prilaku..”
Oleh
Irman Syah
Perjalanan hidup manusia adalah keajaiban tak bertara. Tidak ada seorang pun yang bisa menentukan secara tepat perihal hidup dan kematian. Hanya tanda-tanda yang dapat membantu serta menuntun tafsir dalam perkiraan: makanya, untuk memahami sejarah manusia semestinyalah diawali terlebih dahulu dengan memahami seluk-beluk kehidupan manusia secara sadar dan sungguh-sungguh mengenai hakikat atas hidup dan kematian.
Kelahiran
dan perjalanan hidup manusia, baik personal atau pun kelompok, penamaan atau
pun sosok dalam meujudkan cita-cita dan kesamaan perjuangan, sebelum kematian
menjemputnya adalah isian kisah yang penuh warna, rupa, dan ragamnya. Semua itu
perlu dicatat, perlu dikabarkan, agar manusia lain sesudahnya pun mendapatkan
manfaat dan kemudahan. Catatan, relief, situs, atau peninggalan semacam itu
tentulah akar yang menyuburkan batang-tubuh, atau rasa di manis buah.
Dari
keragaman itulah ‘media’ tercipta dan mengharmonikan kabar, menjadi ‘tanda’
yang dapat dipahami dalam memaknai sejarah dan (tentu) kejujuran ada di
dalamnya. Laiknya sebatang sungai (kali), pokok (pohon), atau batang-tubuh yang
mencerminkan prilaku, di situlah kehidupan, tempat mengalirnya bahasa dengan sempurna. Tidak akan pernah
pohon mengkhianati akar, tampuk meninggalkan ranting untuk melahirkan
kuntum-kuntum catatan dari pahit-manisnya buah kenyataan: ya.. begitulah amsal
dan begitu pulalah permisalan.
Analogi
di atas adalah kerangka pekabaran akan sebuah peristiwa yang menggelorakan
harkat manusia tentang sebuah keinginan. Ya, semacam ‘resolusi’, keyakinan dan
harapan untuk mengantar-sampai peristiwa atas manfaat kehidupan. Bukankah resolusi tidak cuma keinginan, tapi
lebih cendrung perbuatan (aksi) dalam
usaha mewujudkan harapan dan keinginan itu sendiri. Di dalamnya tersimpan
‘spirit’ dengan kandungan semangat perjuangan yang utuh atas sikap yang sungguh-sunguh
dalam mendapatkannya. Sepertinya, Bekasi Raya mengisyaratkan ini pada
‘catatan’, ya sebuah ‘resolusi’ tepat di hari ulang tahunnya.
Peristiwa
ini pun dilaksanakan tepat di Tugu ‘Resolusi Januari’ Rakyat Bekasi, tempat di
mana sebelumnya dua peristiwa penting telah melatari: Bekasi Raya ternyata sengaja melihat akar, menggali ke
pangkal-makna, “Bagaimana rakyat Bekasi dengan semangat Patriotiknya melawan
Sekutu dan NICA, atau bisa juga menghadirkan kembali peristiwa ‘Rapat Akbar’ 17
Januari 1950 dengan tuntutan kelahiran
Wilayah Bekasi” dan di hari lahirnya Bekasi raya mengkristalkan kedua peristiwa ini menjadi sebuah pekabaran
tentang ‘Resolusi’ bagi sebuah media yang mesti mampu mengawal pikiran-pikiran
umum menjadi lebih terarah dan mengakar pada akar persoalan.**
“Selamat
ulang Tahun Bekasi Raya, panjang umur: tetap semangat dan sekalu tersenyum”
RoKe’S,
18 Maret 2013
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI