ujan deui Akang
di pinggir Sunter
kapan deui Akang
urang kablinger
kerlip lampu mempertegas jalanan
setapak
melintasi Kalimalang, perempuan
bernyanyi
suaranya bakar-membakar masalalu
ini sungai
tempatmu berenang
sepanjang malam selalu saja
nyanyian
memanggil singgah, sekedar minum
bir
berucap sepatah dua
dan kata-kata terbakar
perempuan-perempuan tak puas
bernyanyi
matanya berdarah
kemarilah..
mari bernyanyi
mari.. oh, mari..
sekian puluh musim telah
tertinggal
sawah-ladang Bunda ditanam beribu
lelaki
dan panen selalu saja merisaukan
masalalu yang tak berujung
pangkal
membakar obor-obor keperihan
tanah kami di mana, air kami di
mana?
di sini tetap saja dikejar-kejar
tanah tak lagi ada, air?
adalah Kalimalang yang menjalar
coklat
dan malam membuatnya kian pekat..
Jakarta, 1995
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI