Hallo Sahabat Rohmantik..
Semoga tulisan sederhana
ini mampu mengajak para sahabat memasuki ruang-ruang dalam, tentang proses kelahiran karya puisi:
Irman Syah
Jika
seseorang membiasakan dirinya mengasah jiwa dengan ketajaman kenangan, maka
hidup jadi bernyawa ketika diungkapkan. Kata-kata yang bernilai selalu akan
menjadi titik awal keberangkatan makna.
Padanya semua terikat, jalin-menjalin dalam irama hati, menggumpalkan
titik-koma, dalam menyatukan jeda. Simpul itulah yang menguatkan puisi untuk
enak dibaca, dinikmati serta mampu mengikat pembaca untuk tetap berada di
dalamnya.
Terkadang menghanyutkan, kadang berubah cermin untuk kembali
mempertanyakan diri. Banyak yang lepas dari tangkai kehidupan, jatuh dan
berputar-putar ke pusat semesta. Laksana daun, melayang, kemudian angin
menjadikannya tarian.
Kadang naik, kadang turun, kadang berputar bak baling-baling, atau
menukik tajam dalam tarikan gravitasi. Itulah puisi. Sebuah alamat tentang
jalan pulang; jarak, waktu, dan ingatan akan selalu mengekalkan peradaban.
Benteng terakhir untuk mempertahankan nilai-nilai dan cita-rasa
kehidupan untuk menghadapi gerak-zaman yang membabi-buta pada peradaban
bangsa-manusia hanyalah kebudayaan. Jika takluk, alamat tak ada lagi
tegur-sapa.
Kehilangan, cinta, rindu-dendam dan harapan melekat indah di dalam
kata. Dan Penyair yang kuat akan selalu berusaha menghidupkan rasa dan
menukilkannya dengan ungkapan istimewa.
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI