Tentang Penyair, Puisi dan Bahasa Kebudayaan


Hallo Sahabat Rohmantik..


Semoga tulisan sederhana ini mampu mengajak para sahabat memasuki ruang-ruang dalam, tentang proses kelahiran karya puisi:
Irman Syah

Jika seseorang membiasakan dirinya mengasah jiwa dengan ketajaman kenangan, maka hidup jadi bernyawa ketika diungkapkan. Kata-kata yang bernilai selalu akan menjadi titik awal keberangkatan makna.

Padanya semua terikat, jalin-menjalin dalam irama hati, menggumpalkan titik-koma, dalam menyatukan jeda. Simpul itulah yang menguatkan puisi untuk enak dibaca, dinikmati serta mampu mengikat pembaca untuk tetap berada di dalamnya.

Terkadang menghanyutkan, kadang berubah cermin untuk kembali mempertanyakan diri. Banyak yang lepas dari tangkai kehidupan, jatuh dan berputar-putar ke pusat semesta. Laksana daun, melayang, kemudian angin menjadikannya tarian.

Kadang naik, kadang turun, kadang berputar bak baling-baling, atau menukik tajam dalam tarikan gravitasi. Itulah puisi. Sebuah alamat tentang jalan pulang; jarak, waktu, dan ingatan akan selalu mengekalkan peradaban.

Benteng terakhir untuk mempertahankan nilai-nilai dan cita-rasa kehidupan untuk menghadapi gerak-zaman yang membabi-buta pada peradaban bangsa-manusia hanyalah kebudayaan. Jika takluk, alamat tak ada lagi tegur-sapa.

Kehilangan, cinta, rindu-dendam dan harapan melekat indah di dalam kata. Dan Penyair yang kuat akan selalu berusaha menghidupkan rasa dan menukilkannya dengan ungkapan istimewa.

Jakarta, 5 April 2018
Salam Rohmantik

Share:
spacer

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI