Image by Google
Sahabat
Rohmantiks yang berbahagia, meski di mana pun anda berada, semoga tetap saja
baik dan sehat serta dilancarkan segala aktivitasnya.
Saya akan berbagi kabar pada kita semua tentang 'Malin
Kundang': sebuah legenda popular tentang seorang laki-laki Minangkabau.
Malin Kundang dalam Legenda:
Dikisahkanlah
tentang Malin Kundang, seorang laki-laki di Minangkabau -- secara georafis,
lokasinya adalah Pantai Air Manis, Provinsi Sumatera Barat - Indonesia -- yang pergi
merantau dengan jalan berlayar menuju lautan luas.
Malin Kundang, tokoh legenda yang telah
menjadi stigma 'anak durhaka' dikarenakan sepulang dari perantauan, kaya dan membawa
istrinya yang cantik, dia tidak lagi mengakui dirinya sebagai anak dari ibu kandungnya sendiri yang
menjeputnya ke pelabuhan.
Akhirnya sang Ibu, karena rasa malunya yang
teramat sangat dan tambahan lagi karena miskin, akhirnya dia manjatuhkan sumpahnya
serta mengutuk anak kandungnya sendiri tersebab kecewanya yang teramat dalam.
Begitulah kisah Malin Kundang, akhirnya ia dikutuk
oleh ibunya dan kemudian menjadi batu di pantai Air Manis. Tersebab kutukan
itu, kisah legenda ini pun dijadikan edukasi dalam pendidikan anak di
Miangkabau agar tidak durhaka kepada ibunya.
Malin Kundang, dalam Naskah Drama Wisran Hadi:
Pada
Festival Nasional Wisran Hadi yang diadakan oleh Teater Langkah Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Andalas Padang (23-29 April) lalu, tuan rumah Teater Langkah
Unand dengan sengaja mengangkat naskah drama Malin Kundang karya Wisran Hadi.
'Malin Kundang' versi Wisran Hadi ini,
ceritanya bila dikerucutkan akan mengarah dan menjadi persoalan eksistensi laki-laki
Minang yang diangkat melalui peran dan fungsinya di Minangkabau. Cerita bermula
dari kepergian laki-laki (suami) yang merasa hak-haknya yang dirampas secara
adat:
Dia mengajak istrinya untuk ikut meninggalkan
rumah, pergi merantau.. tapi sang istri tidak sepakat dengan pendapat serta
pilihan dan pikiran suaminya. Akhirnya dia memilih untuk tetap tinggal di rumah
dengan kecintaan sembari memelihara anak laki-laki satu-satunya, Malin Kundang.
Ketika
si anak mulai besar dan kemudian mempertanyakan keberadaan Ayahnya, sang Ibu
tidak mampu menjelaskannya secara kongkrit. Dia hanya mengatakan bahwa ayahnya cuma
pergi merantau. Si Anak dengan sikapnya yang keras, ia ingin membuktikannya dan
kemudian pergi mencarinya dengan jalan merantau.
Sang Ibu akhirnya tinggal sendiri, ia jadi
sebatang kara, ditinggal oleh dua orang laki-laki, yakni: suami dan anaknya Malin
Kundang yang berlayar mengayuh kehidupan dengan kata hatinya.
Dari perjalanan dan persinggahan waktu yang panjang,
Malin Kundang ternyata kembali merapat di pantai yang sama, di pelabuhan
keberangkatan, yakni pantai Air Manis: tempat di mana dulu Ibu kandungnya
mengantar ketika hendak berlayar.
Malin Kundang sesungguhnya bertemu dengan Ibunya
ketika ia turun dari kapal dengan membimbing seorang perempuan, istri yang ia bawa dari seberang
lautan. Malin Kundang berdebat keras dengan Ibunya: baik tentang bapak, tentang
kasih sayang, tentang tanggung-jawab, janji dan lain sebagainya.
Perdebatan itu ternyata tidak berujung mulus
dan malah melahirkan peristiwa kutukan. Sebagai ending dari naskah ini: anak
perempuan Malin Kundang pun mencari bapaknya sampai ke Pantai Air Manis.
Pertunjukan
'Malin Kundang' oleh Teater Langkah:
Pementasan teater Langkah yang mengangkat naskah Malin Kundang ini menarik ntuk disimak dan cukup berhasil penggarapannya. Sutradanya sengaja mengambil bahasa ungkap dengan menggunakan konsep melalui bahasa symbolik.
Pementasan teater Langkah yang mengangkat naskah Malin Kundang ini menarik ntuk disimak dan cukup berhasil penggarapannya. Sutradanya sengaja mengambil bahasa ungkap dengan menggunakan konsep melalui bahasa symbolik.
Pola
randai (gerak seni teater tradisi) yang dikombinasikan dengan format
pertunjukan modern dan kemudian disematkan dalam pertunjukan ini cukup
komunikatif. Pengucapan panggungnya berhasil memunculkan momentum puitik atas
pola dramatik cerita yang memang kuat.
Sebagai pertunjukan apresiasi dari teater mahasiswa, yang menjadikan
teater sebagai media ekspressi untuk melahirkan pengalaman empirik mahasiswa itu
sendiri dalam berkreativitas, tentu ini amat berarti bagi mereka ketika nantinya
mereka menuliskan pementasan karya orang lain. Pemahaman semacam itu pantas
untuk dipujikan.
Padang, 25 April 2018
Note: Image Pertunjukan oleh Teater Langkah
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI