‘Rohmantik Performance’ merupakan ramuan
panggung puisi secara modern yang materialnya berangkat dari kekuatan tradisi
seperti dendang, randai, kaba, gerak silat, serta tiupan bansi. Semua dikemas
dalam pemanggungan yang unik dan komunikatif. Kadang penonton pun ikut hanyut
dengan aliran pertunjukan dan bahkan terlibat mencipta nada sambil mengikuti
tempo musikal melalui rampak tepuk tangan. Begitu kata Irman Syah saat ditanya
tentang apa itu Rohmantik Performance.
Dalam
waktu dekat, Selasa, 11 April 2017 mendatang, Irman Syah akan tampil dalam
sebuah panggung seni “Gerilya di Negeri Bayang Merah” di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (FISIP) Unand. Ia akan membawakan beberapa buah judul puisi
antara lain: BIM, Maninjau, Minang Plaza, Berkubur, Musim Burung, Mantra Negeri
Luka, dan Jakarta-jakarti.
Irman
Syah dikenal sebagai penyair, aktor, blogger dan pekerja film. Ia beberapa kali
menang dalam lomba penulisan puisi Indonesia di Padang, Malang dan Bali.
Bahkan, salah satu cerpennya terpilih sebagai sepuluh terbaik pada ajang Mitra
Praja Utama tingkat Nasional yang dilaksanakan Pemerintah DKI Jakarta tahun
2014 silam.
Kepenyairannya
tercatat dalam beberapa buku dan leksikon, seperti; Sesuatu Indonesia (Afrizal
Malna), Leksikon Sastra Jakarta (DKJ), Buku Pintar Sastra Indonesia (Pamusuk
Eneste) dan Leksikon Sastra Indonesia (Korrie Layun Rampan).
Penggerak
dan gerilyawan seni budaya ini tak lepas dari gerakan komunitas perkotaan
antara lain; Komunitas Janjang Payakumbuh, Komunitas Panggung terbuka TBSU
Medan, Komunitas TIM Jakarta, Warung Apresiasi Bulungan Jakarta, Komunitas
Sastrawan Jalanan Indonesia, Komunitas Planet Senen, Komunitas Musikalisasi
Puisi Indonesia, Sastra Kalimalang Bekasi serta Roemah Melajoe TMII.
Lelaki
yang juga acting coach (pelatih akting) di film layar lebar “Di Bawah Lindungan
Kakbah” ini juga adalah seorang Konsultan Budaya di Prosuksi MD Picture. Ia
juga pernah bermain di film “Trophy Buffalo”, “Tasuruik” dan “Pinokio”.
Selain
itu, dalam acara yang bertajuk “Gerilya di Negeri Bayang Merah” tersebut, juga
akan diadakan bedah buku yang diselenggarakan oleh panitia bekerja sama dengan
Penerbit Rumah Kayu Padang (Alizar Tanjung), diskusi interaktif bertemakan
tentang ekonomi, politik, sosial dan budaya dengan narasumber utama Yudilfan
Habib Datuk Monti (Aktivis Sosial) dengan judul “Gerpolek 1948 -2017” bersama
dengan Irman Syah (Sastrawan) dan Join Bayuwinanda (Seniman) dengan
dimoderatori oleh Nabhan Aiqoni (Aktivis Mahasiswa).
Kemudian
pentas monolog dengan judul “Saya Rusa Berbulu Merah” yang akan dilakoni oleh
Join Bayuwinanda (Seniman), dan pembacaan puisi “Rohmatik Performance: Negeri
Bayang-Bayang” oleh Irman Syah. Sedangkan pentas seni mahasiswa akan
menampilkan para mahasiswa berbakat dan berminat di bidang seni yang
dikoordinir oleh Unit Kegiatan Olahraga dan Seni FISIP.
“Bila
puisi sampai pada pucuknya, niscaya kan berbuah petuah, ungkapan, peribahasa,
tamsil-ibarat, kias dan banding, pepatah-petitih, atau patah dan pitih!” kata
Irman Syah mengakhiri sambil mengacungkan tangannya dan berkata, “Betmen
Porever.”
PADANG, RedaksiSumbar.com –
[Tim]
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI