Sang Orator:
Oleh Irman
Syah
Dikarenakan untuk bicara saja dia sudah susah maka secara otomatis matanya yang sering mutar-mutar itu seakan langsung mengugkapkan sesuatu berdasarkan pendengaran yang dia miliki dan telah diasuhnya sedari kecil untuk mengerti secara alami. Apa pun yang tampak dan didengarnya maka dengan siaga pula ia menyiapkan antisipasi. Demikian perjalanan waktu diterjangnya melalui perjuangan dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dia miliki.
Kenyataan kemudian adalah, dia bertemu kawan-kawan di Sastra
Kalimalang. Terlibat di komunitas dan bergabung latihan kesenian. Kemudian dia telah
menjadi semakin tanggap dan tajam saja dalam menyimak apa pun perlakuan dan
kemungkinan apa pula yang terjadi di sekitar kehidupan. Iyan Slank, namanya.
Orang-orang memanggilnya PaO. Banyak hal tak terduga yang kita alami bila
bertemu remaja down syndrome ini.
Semakin hari, minggu bulan dan tahun dia semakin menjadikan
dirinya ada. Tidak hanya di Sastra Kalimalang, tapi semakin meluas. Padahal
anak-anak/remaja dengan sindrom Down membutuhkan bimbingan seperti anak normal
lainnya atau bahkan lebih. Perkembangan mereka dalam berbagai aspek memerlukan
waktu, dan mereka akan menjalaninya bertahap, sesuai dengan kemampuan mereka.
Pengalaman dan pengamalan yang berharga bagi
Sastra Kalimalang adalah bisa bertemu dan mengantarkan PaO, atau Iyan Slank
nama kerennya ke beberapa tempat untuk tampil baca puisi dan orasi berbahasa
langit. Dengan kata-katanya yang tidak begitu jelas, tapi dia bisa mengungkapkan
sesuatu sesuai tempo yang mesti dipatuhinya dalam metronome sebuah komposisi
musical.
Judul di atas, sengaja dipakai karena memang Iyan
Slank, atau PaO pada pergantian tahun yang baru lalu, dia dipercaya untuk Orasi
Budaya di Anjungan Sumatera Utara TMII. Panitia di Komunitas Roemah Melajoe
menyebutnya dengan materi ‘Orasi Bahasa Langit’, dan para hadirin yang
membludak di depan Plasa Nias itu terkesima melihat gaya dan kesungguhan Iyan
Slank berorasi. Ya, sudah pastilah bahasanya tidak diketahui apa maknanya, tapi
para penonton tetap saja berdecak kagum.
Dia dan Tuhanlah yang tahu apa makna dari
ungkapan-ungkapannya yang panjang itu. Bagi penonton yang menikmati, tentulah
rasa bahasanya yang mengalir dan kemudian mereka berpikir mungkin: kok, remaja
down syndrome itu begitu percaya diri dan mampu menguasai panggung dengan
sempurna. Ya, memang. Malam itu PaO sepertinya begitu plong dan puas berucap di
panggung. Banyak orang yang menyalaminya ketika sudah berada di penonton.
Di Kalimalang sendiri, Orator ‘Bahasa Langit’ ini
memang sangat terkenal. Tak ada yang tak kenal dengannya. Mulai dari anak kecil
hingga dewasa akan hapal dengan tingkahnya. Dia pun bisa merasa senang dengan
dirinya. Tak terbayangkan kalau dia tetap di jalan dan setiap hari bertemu
dengan banyak orang yang beragam tingkah laku, kemudian ada yang jail dan
kadang merampok duit hasil ngamennya, tentu ini kenyataan yang begitu miris.
Dikarenakan untuk bicara saja dia sudah susah maka secara
otomatis matanya yang sering mutar-mutar itu seakan langsung mengugkapkan
sesuatu berdasarkan pendengaran yang dia miliki dan telah diasuhnya sedari
kecil untuk mengerti secara alami. Apa pun yang tampak dan didengarnya maka
dengan siaga pula ia menyiapkan antisipasi. Demikian perjalanan waktu diterjangnya
melalui perjuangan dengan segala kekurangan dan kelebihannya yang dia miliki.
Demikianlah Iyan Slank, alias PaO, yang bisa
ditemui di Saung Pinggir Kalimalang. Artis yang sudah dibikinkan filmnya oleh
beberapa anak muda yang berkreativitas di Film Indie ini sangat bersahaja. Dia
memang pantas diacungi jempol. Tanpa disadari, dia pun telah menjadi magnit
tersendiri bagi Komunitas sastra Kalimalang yang juga konsern ke Lapas-lapas
dengan program Art Terapy ini. Semoga saja, perjalanan komunitas ini ke depan
menjadi lebih maju, sukses, berarti dan tetap semangArt dalam aktivitasnya.
Tambun, 5 Februari 2016
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI