Oleh Irman Syah
'All-Kita'
adalah ungkapan yang lahir ketika memaknai nilai kebersamaan akan persaudaraan
antar seniman melalui kreativitas berkesenian yang mengakar pada etnik, tradisi
dan kekayaan budaya Nusantara. Istilah ini muncul ketika kawan-kawan Komunitas
Roemah Melajoe ingin mengekspresikan niat, memantikkan ungkapan "Tahun Baru, Bukan
Tuhan Baru" akhir Desember 2015, tepat di pergantian tahun menuju 2016.
Terciptalah
acara sederhana yang kontemplatif, bermaterikan Pentas Karya beragam
kreativitas, seperti; Musikalisasi Puisi, Musik Akustik, Baca Puisi, Atraksi
Senirupa dan Sketsa, serta "Orasi Bahasa Langit" oleh Iyan Slank,
seorang 'artis' yang lebih dikenal dengan 'PaO' dari Sekolah Pinggir Kali,
samping Unisma Bekasi.
Silaturrahmi
'Kembali ke Kitab Lama' ini berjalan khidmad tanpa hingar bingar dan kembang
api. Kegiatan yang didukung kawan-kawan lintas komunitas, yaitu; Sastra
Kalimalang, Lingkar Humanis Universal, Kinomedia, Toko Buku Lama, Bumi Kalamtara,
Sanggar Seni Matra Etnika, Twoodoor Community, serta Seniman beragam genre ini
dibuka langsung oleh Kepala Anjungan Sumatera Utara, Tatan Daniel.
Event
yang merajut silaturrahmi ini terasa sangat bersahaja, bernas dan funsional.
Usai acara dilakukan diskusi kecil dan do'a bersama, bertempat di North
Sumatera Gallery Anjungan Sumut Tmii. Dari sini kesepakatan baru lahir,
menjadikan 'All-Kita' sebagai program regular setiap Sabtu akhir bulan di Komunitas Roemah
Melajoe.
Program
ini dimaksudkan untuk mengutuhkan persaudaraan antar seniman lintas komunitas.
Ya, semacam 'Sobat Tande', atau ikatan silaturrahmi yang lebih dari 'saudara
kandung' meski lain bapak dan beda ibu agar berat sepikul dan ringan sejinjing
untuk kemajuan bersama.
Mengarifi ’Ruang’ & ‘Uang’:
Mencermati
perkembangan kesenian yang muncul, melihat bangunan sikap pelaku kesenian menapaki
jalan panjang kreativitas, kadang timbul rasa yang sedikit miris, baik tentang
nilai karya atau pun kehidupan mereka. Penilaian ini bukan berarti mengumbar
rasa kesal, tapi lebih pada perenungan atas kedalaman nilai cita kemanusiaan
dan cita keindahan itu sendiri.
Pelaku
seni seakan dibenturkan pada dinamika perubahan zaman yang tergesa. Hal ini
memunculkan anomali berkesenian, serta sasaran yang hendak dicapai. Pertama, kualitas
karya dan yang kedua adalah imbalan yang diperoleh dari karya yang mereka
ciptakan.
Percaturan
kesenian di luar Industri, sebagaimana di atas memang memiliki pasang-surut
tersendiri. Sementara generasi yang memilih dunia semacam ini tumbuh dengan
maraknya. Meski beragam komunitas menaungi aktivitas mereka tapi di sana sini
tetap saja muncul persoalan. Dari sinilah tema ditemukan; dilema antara 'ruang'
dan 'uang'.
Ketika
ruang tercipta, tapi uang untuk melakukan ekspresi tidak mendukung muncullah
kendala kegiatan. Begitu pula sebaliknya, saat uang ada tapi ruang tak punya,
kendala hadir lagi menghambat kreativitas.
Tak dapat dibayangkan kalau kedua-duanya tidak ada. Nah. Inilah sesungguhnya yang
mesti disiasati secara kreatif.
Komunitas
Roemah Melajoe mewacanakan ini sebagai pertimbangan dalam melakukan pilihan.
Bagaimana menyikapi ruang untuk dijadikan jalan dalam melahirkan karya sebagai
investasi. Andai ruang mampu diisi dengan kreatif dan maksimal, artinya
kawan-kawan telah berhasil mengumpulkan materi karya, setidaknya memunculkan
gejolak kreatif untuk karya yang berkualitas.
Jawabannya tentu saja kembali pada tujuan dan semangat yang dimiliki.
Roemah
Melajoe menyiasati ini dan pada (30/1) menyiapkan ruang sederhana dengan
perangkat yang sederhana pula. Bila kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik
dan berkelanjutan pastilah nantinya akan menampakkan hasil. Selanjutnya, karya-karya
yang nantinya terpilih akan diprioritaskan sebagai penyaji utama pada slot
All-Kita ke depannya dengan durasi yang leluasa.
Publikasi
kegiatan disebar ke beberapa media dan nantinya juga dimuat secara berkala di
Webbsite www.roemahmelajoe.com yang kini tengah dalam pengerjaan.
Menyiapkan ruang, baik Musik, Sastra, Atraksi Senirupa, Teater, Tari, serta Film
Pendek, tentu saja berharap akan
munculnya tontonan berkualitas yang tetap berangkat dari akar budaya kita yang
kaya.
Jakarta, 18 Januari 2016
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI