Setiap saat diantarkannya saja kita oleh waktu menelusuri
daerah baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kadang cemas mengguyuri
dada, kadang riang begitu saja, tapi ketika ada lintasan-lintasan ingatan menyapa,
banyak saja yang muncul dan kembali lahir, terkadang hadir menjadi kelap-kelip di depan
mata. Apakah itu kembang api, atau kunang-kunang yang tak lagi punya negeri
karena dikungkung cahaya?
Entahlah. Begitu rahasianya perjalanan diri, begitu dalam
lubuk hati yang sabar menyimpan hidup tanpa sengketa. Bertahun-tahun telah kita
lewati panorama dalam kabut kenyataan dan warna warni tipuan kehidupan. Semua ganti-berganti,
semua menghadang dada dengan debar jantung yang sulit ditata. Ah. Manusia.
Masihkah kau memiliki jiwa sempurna yang tetap berusaha untuk mampu mewujudkan
nama atas nama yang menjadikannya segala ada?
Kemarin Maulid Nabi, sekarang Natal, dan dalam hitungan hari
selepas itu muncul Tahun Baru yang bakal membukakan pintu selebar-lebarnya bagi
siapa saja yang ingin mendapatkan apa pun, baik dalam impian dan kenyataan yang
mau diraihnya. Tinggal memasang kuda-kuda, meluruskan niat serta mematangkan
tujuan dengan segala hal yang selalu mendewasakan pikiran atas kesehajaan
makhluk yang penuh cinta-kasih sesama serta semesta.
Kesengajaan apa ini yang tercipta? Ya. Tak mungkinlah ada
sesuatu kalau bukan sesuatu itu mesti ada. Rasa dan keyakinanlah yang menggenggamnya dalam tangan-tangan nasib dan
garis kehidupan. Kelahiran para nabi dan rasul seakan jadi peringatan dan
eforia saja kesannya, karena di luar sana; pertikaian, perang dan kebiadaban
berlangsung dengan sempurna. Kematangan. Ya, kematangan diri dalam segala hal
sudah mesti diperbaharui. Tak lagi ada waktu.
Perkembangan dan dinamika kehidupan yang terpapar dalam
kenyataan keseharian telah mengungkapkan bahwa nafas kehidupan terasa kian
lepas dari tangkai yang menumbuhkan, sementara tampuk kebenaran tempat di mana
usaha dan takdir bergenggaman telah pula menjadikan akar dan batang sia-sia
mengutuk dirinya. Begitu banyak peristiwa yang menelan korban dari pertikaian politik
atas kesalah-pahaman. Kejadian ini telah jadi teguran yang sesungguhnya.
Selepas Maulid Nabi dan Natal yang berteguran karena
berdekatan, yang cuma berselisih jam itu, timbullah butiran tanya yang asali tentang
rahasia apa sesungguhnya yang mesti digali lagi oleh manusia sedalam-dalam diri. Sementara, Tahun
Baru yang membukakan pintu itu bukanlah Tuhan Baru. Jangan tertipu, apalagi
oleh kemilau yang tak begitu mengejutkan. Memelihara kesadaran akan hakikat
tujuan, jauh lebih bermakna dari pada hanyut dan bergelimpangan akibat
kesenangan sementara.
Setiap saat kita telah diantarkan saja oleh waktu menelusuri
daerah baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Kadang cemas mengguyuri
dada, kadang riang begitu saja, tapi ketika ada lintasan-lintasan ingatan menyapa,
banyak saja yang muncul dan kembali lahir,
terkadang hadir menjadi kelap-kelip di depan mata. Maulid Nabi, Natal
dan Tahun baru menghadang diri dan mengabarkan bahasa yang mesti diterjemahkan
dengan sempurna.
RoeKe’S, 25/12/2015
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI