Dalam benturan dan kecamuk massa yang masih dibebani
persoalan kehidupan mereka sehari-hari, peristiwa besar ini pun datang
mengunjungi mereka. Sebuah peristiwa besar yang sesungguhnya mesti dan mampu
dijadikan patokan demi jalannya gerak pemerintahan di Negara Indonesia. Tentu
saja agar bisa berjalan lebih baik serta mampu untuk mengakar pada kepentingan
kehidupan masyarakat yang kini tengah terpecah belah oleh kesenjangan ekonomi
yang kian menggila.
Akibatnya, cara pandang masyarakat terhadap warga di sekitarnya pun telah diukur begitu saja berdasarkan nilai materi yang dikumpulkannya. Banyak materinya, atau kekayaannya yang melimpah maka akan membuat warga lainnya memandang hormat kepadanya. Hal ini telah berlangsung lama dan hidup subur sehingga perpecahan selalu mengakibatkan akal sehat bisa saja kalah telak oleh onggokan materi atau segepok uang. Ini terjadi di mana-mana. Tak peduli tempat dan jenis orangnya.
Akibatnya, cara pandang masyarakat terhadap warga di sekitarnya pun telah diukur begitu saja berdasarkan nilai materi yang dikumpulkannya. Banyak materinya, atau kekayaannya yang melimpah maka akan membuat warga lainnya memandang hormat kepadanya. Hal ini telah berlangsung lama dan hidup subur sehingga perpecahan selalu mengakibatkan akal sehat bisa saja kalah telak oleh onggokan materi atau segepok uang. Ini terjadi di mana-mana. Tak peduli tempat dan jenis orangnya.
Atas kenyataan semacam itu, maka berlomba-lombalah masyarakat
mendewakan uang dalam kehidupannya, tak peduli pula dengan cara apa. Kenyataan
ini tentu kian menumbuhkan kesenjangan pula di dalam pergaulan hidup
sehari-hari. Kalau tetangga sebelah punya motor, maka dia mesti pula punya
motor terserah dengan cara apa. Ini mesti dujudkan. Tak bisa kontan kredit pun
akan dilakukan. Dengan begitu, rasanya mereka telah pula sama dan sepandangan. Senyum
pun mulai tak beda.
Akibatnya, semua saling saing untuk sebuah eksistensi yang sama
dan bernamakan uang. Ditambah lagi dengan adanya pemilihan umum, semua orang mulai
kasak-kusuk dan saling menggunjingkan angka-angka. Malah ada pula yang menilai dengan
ragam dan caranya sendiri. Ada yang sok tau tentang apa saja, ada yang tak mau
tau, ada yang diam saja, dan ada pula yang merasa pesimis atau menganggap
peristiwa itu adalah sebuah scenario saja. Jadi, keterpecahan ini telah menjadi
pemandangan saja setiap hari dalam kehidupan masyarakat. Semua tercipta begitu
saja dan yang lainnya juga telah menganggapnya biasa pula.
Kenyataan ini pun sesungguhnya bisa dianalogikan pula dengan kenyataan
yang terjadi bagi para petinggi, atau
katakanlah mereka yang berada di tampuk pemerintahan. Keterpecah-belahan pun
tercipta pula dan terjadi di sana-sini. Banyak kelompok yang mengatakan Cuma dialah
yang paling baik dan bagus, banyak kelompok yang mengatakan bahwa kelompok
lainnya tidak pantas, begitu pula kelompok lainnya juga mengatakan kelompok itu
sangat tidak patut. Saling merendahkan dan memojokkan adalah bahasa keseharian
yang bisa saja ditemui di mana saja. Bila orang catat menertawakan orang cacat
lainnya tentulah hal yang pantas dikasihani, tapi bagaimana, demikianlah
kenyataannya.
Analogi ini pun, tentu saja sangat berakibat pula pada pandangan
masyarakat yang nota-bene, sesungguhnya, bukanlah pula orang bodoh. Mereka
sangat paham dengan kondisi keterpecahan itu sendiri. Hanya nasib dan materi
yang berupa anka-angka itu kadang yang marayunya untuk tidak siap menjadi
miskin, apalagi dimiskinkan. Dari sini timbullah gunjing, cerita, dongeng
masalalu, atau sejarah yang telah diputarbalikkan. Maka, kalau dilihat
berdasarkan atas nama rasa percaya, pemilihan yang akan berlangsung dalam waktu
dekat ini sangatlah tipis kemungkinannya. Bisa saja ini hanya merupakan
seremoni biasa dan antipati yang kini muncul juga sekedar bahasa yang dikunyah
dalam keseharian yang begitu menyiksa.
Dari sekian banyak pikiran yang muncul dan tertera di atas,
tak banyak sesungguhnya yang bisa dan dapat dipastikan, apakah pemilihan umum
itu akan bermakna bagi masyarakat banyak atau tidak sama sekali. Yang pasti, pesta
demokrasi ini tentu akan sangat bermakna bagi siapa yang ikut bercatur di
dalamnya untuk dapat menduduki tempat yang basah dalam menyelamatkan kehidupannya
atau menyelamatkan perusahaan yang mereka miliki. Begitu pula bagi yang menjadi
tim suksesnya, mereka akan meraup keuntungan pula atas usahanya dengan seksama.
Begitulah kenyataan dan paparan yang selalu muncul dalam
keseharian masyarakat di mana tempat dan akan selalu bercerita tentang
peristiwa yang belum berlangsung itu. Mereka tetap akan menduga-duga, sama
seperti hal ini sebelumnya, banyak janji yang tak ditepati, banyak kata yang
diingkari, banyak kenyataan yang membikin mereka kian sulit untuk mendapatkan
penghidupan sehari-hari. Begitula politik, kata mereka. Tapi yang lain ikut
membantah: bukan! Ini tipu muslihat namanya. wallahu alam.*
RoKe’S, 28 Maret 2014
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI