Oleh Irman Syah
“Tahun bertukar musim
berganti tapi hati jangan dustai, apalagi tersebab mimpi..”
Sebagai sebuah perputaran, siklus, atau perjalanan hari ke
minggu, bulan ke tahun, terciptalah momentum yang ditunggu, namanya ‘Tahun
Baru’: diperingati berdasarkan klip yang mem-'buah'-i peristiwa dalam pergantian
masa lewat hitungan yang tertera di deretan kalender. Beragam pandangan dan
pendapat bermunculan semenjak dunia terkembang. Ya, semenjak perhitungan itu
ada tentu sesuai dengan pengetahuan masyarakat manusia waktu itu dan dengan
segala cara, tradisi serta upacaranya.
Sampai hari ini, di seantero dunia momentum pergantian tahun
inipun menjadi peristiwa yang seakan-akan mesti diperingati dengan segala cara
dan bentuknya, atau gaya dan laku masyarakatnya. Kenyataan yang mewabah dan
berubah magnit ini menjadi incaran banyak orang untuk mengekspresikan diri dan
keluarganya, kelompok dan komunitasnya dalam mencitrakan keberadaan diri dengan
segala cara dengan tingkah polah dan lakunya. Kegiatan ini pun akan memilih
tempat yang tepat pula untuk bebas menikmatinya.
Menyimak tahun yang lewat, menyiasati kejadian yang pernah
tercipta maka perlu adanya kewaspadaan agar peringatan semacam ini tidak
disalahgunakan, serta menjadikan momen ini untuk sesuatu yang berubah makna
dengan berbagai kepentingan yang tidak bermanfaat. Ini tentu sangat merugikan
kehidupan diri sendiri atau kelompok dan keluarga itu sendiri. Bukankah akan
membuat masalah baru dan persoalan tersendiri karena akibat sisi negatifnya.
Tahoen baroe boekanlah Toehan
yang Baroe bagi Manoesia! Janganlah peringatan ini menjadi
sesuatu yang tidak dapat tidak mesti pula dilaksanakan dalam bentuk
upacara-upacara-annya. Itu tidak benar. Apa pun alasannya, tak cuma satu hari
yang diistimewakan. Semua hari dan tahun itu tetaplah istimewa. Kalau toh untuk
mengucapkan rasa syukur, atau ungkapan atas harapan yang ingin dikumandangkan
dalam cita-cita kehidupan, kapan pun bisa dilakukan. Tidak mesti pula dengan
melakukannya untuk pergi berjauh-jauh; ke bukit, gunung, air terjun, laut,
pulau dan pantainya, atau villa dan sebagainya jika semua itu memudharatkan
diri.
Banyak peristiwa sumbang yang tercipta kalau cuma hanya
sekedar hura-hura. Banyak yang hilang dari ruang dada tersebab kegagalan dalam
memaknainya. Janganlah pula diri terikut arus atas kebiasaan-kebiasaan bodoh yang
salah. Pastikan sikap dan nilailah mimpi, layak dan tidaknya sesuatu yang mesti
diperingati. Biasa dan sederhanakan saja atas ridhaNya agar semua berjalan
dengan kesadaran akan ketulusan. Untuk apa mengada-ada kalau nanti penyesalan
yang berkujung tanpa diduga. Janganlah tambah pula Tuhan cuma tersebab karena
Tahun.
Kesalahan cara pandang tentulah sesuatu yang merugikan.
Kadang banyak hal yang tertinggal, padahal mesti selalu dibawa agar tak salah
dalam menyikapinya. Jangan sampai, cuma gara-gara memperingati tahun baru para
anak mudanya berusaha untuk memaksakan kehendaknya dan berbuat sesuatu yang ceroboh
dan bodoh untuk mendapatkan uang yang diperlukan demi peringatan itu. Tak
peduli dari mana mesti dia dapatkan. Tak terkecuali pula dari tempat yang salah
sekali pun, ini tidak benar, bahkan malah mau mengorbankan diri sendiri dengan
mengeluarkan isi dompet yang sesungguhnya buat biaya kuliah. Ini amat
menyedihkan.
Di setiap tarikan nafas nelayan pemahaman selalu berlangsung.
mereka menjaga tepian pantai dan selalu setia mengingatnya sepanjang masa;
kapan pergi dan kapan kembali dalam hitungan yang pasti, ya, kapan melaut dan
kapan pulang agar pukat mampu mengamiskan pantai. Tahun baru hanyalah ingatan
biasa tentang kebiasaan yang akan selalu berganti pada siklus selanjutnya.
Karenanya tak perlulah bermuluk-muluk untuk itu, cukup mengekspresikan karya di
lingkungan sendiri sambil mengungkapkan kecintaan pada ilahi atas karunia yang
telah Dia beri selama ini.**
RoKe’S, 27 Desember 2013
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI