Oleh Irman Syah
Pemahaman akan pengertian kota bagi sebagian orang sangatlah
berbeda. Ada kelap-kelip, ada kesejukan, ada kedamaian ada kebisingan, ada
kesemrawutan, ada kasih-sayang, ada pembantaian, ada dentuman, ada kejujuran dan
penipuan yang kadang saling berkedipan.. pokoknya adalah: ada itu semua dengan
kekayaan dan keberagaman titik pandang masing-masing. Bagi semua kalangan,
wilayah ini akan selalu menjadi ajang kepentingan. Untuk apa dan seberapa
pentingnya dia ada di situ.
Ya. Dialah warga dan kota dengan pembauranya yang tak menentu
dengan dia-dia yang lain dalam usaha menjalankan missi masing-masing diri bagi
hidupnya berdasarkan kepentingannya pula. Kota, ya, bisa juga semacam
pengkristalisasian dari sekalian kelompok/kepentingan orang yang memiliki
umbul-umbul tersendiri bagi tujuan mereka. Pajangan dan atau umbul-umbul itulah
yang kadang memberitahukan kelompok mereka dengan dan cara deklarasinya
masing-masing dari mereka ke mereka lainnya.
Begitulah pada kenyataannya, kedatangan-kepergian, atau hilir
dan mudiknya laku perjalanan kehidupan manusia yang merupakan warga kota itu
yang dalam kesehariannya memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya sendiri dan atau
keluarganya. Pengalaman dan isian jiwa atau pun pikiran yang meraja berkelindan
di dalamnya. Pilih dan pilah-lah berdasarkan ukurannya yang memang rata bagi
sesama. Biar tanah yang dipijak lengkap dengan ph-(keasaman)nya bisa bergerak
dengan seimbang dan harmoni. Ketahanan budi-pekertilah yang mampu menentukan
perkembangan kota menjadi sesuatu yang selalu akrab dan memberikan kenyamanan
konkrit yang utuh bagi warganya.
Bagi pemimpin atau penguasa tentulah mampu menimbang dan
memutuskannya. Pemberian dan penerimaan, peringatan dan pelupaan atas
pengaturan undang-undang antar sesama manusia atau antar kelompok manusia
dengan kelompok manusia lainnya, selain telah diatur oleh keyakinan yang
mengakar dari pemberi hidup itu sendiri semestinya haruslah didasari pada rasa
kehidupan yang terkandung di dalamnya.
Jangan pula sampai kemuraman dan kematian karena rasa takut yang
dimunculkannya, atau sesak derita berkepanjangan dan kesengsaraan melulu yang
mengemuka, tersebab kengerian atau was-was pada sisi kenyataan yang
melingkupinya. Semua ini memang pemerintah kotalah yang semestinya arif dalam
menentukan/melakukan suatu aturan atas perkembangan kehidupan atas nama
kepentingan, atau apa pun itu namanya. Jangan cuma di atas kertas, membumi!
haramkan darah bergulir tanpa muara. Hidup itu nyata.. bukan pura-pura dan
takkan pernah berbagi dua.
Akan begitu bernilai kebahagiaan hidup, ketika dapat melihat
dan menikmati senyuman yang betul-betul sempurna dari diri dan sesama. Itulah
kota, kota yang memiliki senyuman dan jiwa dari warganya. Andai kota tidak
berjiwa, maka sudah menjadi hal biasa jika terdengar perang antar warga,
kebrutalan tindakan dan pembakaran, penodongan, mutilasi, kekerasan, pembunuhan
dan demo dari berbagai sudut mengelilingi penguasanya dan lain sebagainya
karena warga dan kota memang telah kehabisan bahasa, terlindas pabrik-pabrik,
plaza dan angka-angka.
RoKe’S, 27 Juni 2013
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI