Seamsal Burung



apa yag terasa dalam hatimu
ketika seseorang menjerit di malam tua
tanpa bulan, tanpa kunang-kunang
demikian lengking
seekor burung besar dia jeritkan:
jiwanya dikepit buku dan kuku cakaran
atau jantungnya sedang disadap
bagai getah di hutan Kamang..

 di sekitar tanah ini hanya rumah bergonjong
tanpa cahaya meski sebintik lilin
burung apakah yang perkasa dan menakutkan
mampu mematuk-matuk jeritan manusia
malam makin bergeser
apa yag terasa dalam hatimu?

kota-kota ramai, burung-burung berkabar
di kecamatan orang-orang ribut juga persoalan
burung: lurah mencari tempat
duduk masih soal burung
di kampung sebelah, di daerah-daerah lain,
di gedung-gedung parlemen, burung-burung
berkicau dan media-media massa mengungkapnya
silih berganti; tepuk tangan menggelegar,
burung-burung dilepas
para petani berteriak, burung-burung diusir


sangkar-sangkar burung tanpa burung
orang-orang banyak memakai topeng burung
dan burung-burung kian leluasa menginginkan jeritan
manusia: apa yang terasa dalam hatimu
bila ada yang menjerit di malam tua
tanpa bulan, tanpa kunang-kunang
demikian lengking?

sajak ini tak mau lagi dibendung
apalagi kalau yang menjerit itu adalah dirimu
kubayangkan kata mem-bisa-i tubuh
mengalirkan noda hitam ke jantungmu
tidak! demi cinta dan keseluruhan jiwa
kudendami kematian..

ada yang mengepak, berapa jenis burungkah
yang dilepaskan? beo, rajawali, garuda,
cendrawasih, perkutut, atau burung-burung nasar
entahlah, jangan ajarkan mereka berdusta
karenanya kita saling lupa, saling memanfaatkan
lupa untuk melahap dusta
degan burung, negara dibangun
dengan burung, peresmian dibuka
dengan burung, kecantikan disimbolkan
dengan burung, kematian bergelimpangan

burung, betapa lembut betapa perkasa
jangan ajarkan dia melihat darah
apalagi di malam tua tanpa bulan
tanpa kunang-kunang..

di sekitar tanah ini hanya ada rumah bergonjong
di depannya sebuah sekolah taman kanak-kanak
dan seorang guru mengajar, “burung kakaktua..”
anak-anak bernyanyi, berjingkrak-jingkrak

dangau seni RELL, 1993


Share:
spacer

1 comment:

  1. saya baru belajar menulis puisi, dan tak sengaja singgah di sini. membaca puisi ini berulang-berulang, karena memang sangat indah dan rancak. Meski begitu saya tidak bisa menangkap makna yang sesungguhnya. sungguh saya terpesona. saya ingin seperti mas dalam menulis puisi hehe. salam

    ReplyDelete

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI