Oleh Irman
Syah
Perjalanan hidup berbangsa di negeri ini dalam sejarahnya
sungguh sudah sampai pada puncak-puncak pemikiran terhadap kenyataan. Beberapa
tokoh dalam gagasannya telah memunculkan pokok pikirannya tentang konsep, format
dan kesiagaan tentang segala antisipasi terhadap budaya yang datang dari luar.
Hanya saja pikiran-pikiran mereka itu terhenti begitu saja dan tak lagi berkelanjutan
dalam tataran masyarakat dan juga para pemimpin di negeri ini.
Dengan terputusnya hasil pemikiran para tokoh-tokoh bangsa
tersebut tentulah akan memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara di tanah air yang kita cintai ini dalam kehidupan keseharian
serta percaturannya dengan dunia secara global. Kalaulah demikian, adalah wajar
bila pada kenyataannya banyak hal yang terjadi begitu sulit diprediksi
sebelumnya. Maka mungemukalah rasa tak percaya yang pada akhirnya menumbuhkan
penyakit dalam keberagaman bangsa di negeri ini.
Berdasarkan demikian, maka diperlukan kembali tokoh-tokoh
muda yang enerjik serta sungguh-sungguh mencintai negeri ini untuk kembali
menyigi pemikiran-pemikiran tokoh pendahulu negeri. Kalau tidak, keterbelahan
arah akan tercipta bila pada suatu saat kenyataan menemui simpang yang
memisahkan. Adalah sebuah tanggung jawab yang besar sesungguhnya bila hal ini
mesti diemban. Bagamana lagi, siapa lagi kalau bukan anak muda yang turun
tangan jika tudak, para pejabat akan membuat negeri ini jalan di tempat dan
takkan ada pencerahan.
Memang, di sana-sini pikiran tokoh-tokoh pendahulu itu
memiliki pertentangannya masing-masing, tapi bukan berarti hal semacam itu
mesti dikesampingkan. Rujuklah dengan dialektika yang rapi dan mengajar tentang
pikiran-pikiran itu sendiri melalui kenyataan-kenyataan yang bergulir hari ini.
Bangun objektivitas dengan semangat muda. Dengan demikian pasti akan ditemukan
kembali ujung-ujung kebenaran berdasarkan antitesa yang bermunculan. Dengan
merawat pikiran-pikiran para tokoh itu tentu saja usaha ini telah berarti dalam
merawat bangsa ini untuk kemudian mampu kembali membangun negeri dengan penuh
kecintaan.
Sebut saja Tan Malaka, Syahrir, Soekarno dan Hatta: mereka
adalah pohon-pohon pikiran yang mesti dirawat sepanjang zaman. Memilah dan
memilih untuk kemudian mencerna kembali pikiran-pikiran itu berarti telah
sesungguhnya meluruskan kembali sejarah atas kekuasaan yang membelokkannya pada
kepetingan-kepentingan perseorangan dan kelompok. Dengan begitu akan
bermunculan kuncup-kuncup baru yang lebih mengakar pada kedaulatan rakyat.
Tidak ada lagi jalan selain kembali pada pokok-pangkal kehidupan yang
menumbuhkan Indonesia. Kebersahajaan dan saling menerima kenyataan akan pikiran
baru adalah kemerdekaan itu!
RoKe’S, 2 Februari 2013
wah keren2 keren ne bang, makasih
ReplyDeleteenglish.sambudy.com