takkan
bisa kau lepaskan mata, dinda
pautan resah selalu di bolanya
rak buku yang berdebu
lukisan bonsai di halaman
sebuah kenang masalalu:
kepergian, kesendirian, hidup yang abadi
rak buku yang berdebu
lukisan bonsai di halaman
sebuah kenang masalalu:
kepergian, kesendirian, hidup yang abadi
lepaskanlah
buhul itu memang telah urai
tak
bisa kaulepas matamu, dinda
tangis itu bahasa sukma, polos dan bening
di dalamnya samudera kulayari
tanpa lambai, semua dipagut kenangan:
punggung, panggung tak jelas
dari kaki ke ujung langkah
dalam harmoni peristiwa
tangis itu bahasa sukma, polos dan bening
di dalamnya samudera kulayari
tanpa lambai, semua dipagut kenangan:
punggung, panggung tak jelas
dari kaki ke ujung langkah
dalam harmoni peristiwa
takkan
bisa kau lepaskan mata, Imah
selalu ada yang kaukandung
menggumuli kesendirian
debar-dingin memeluk sunyi
rangkaian mimpi yang tak usai
sebuah lembaran catatan sukma
selalu ada yang kaukandung
menggumuli kesendirian
debar-dingin memeluk sunyi
rangkaian mimpi yang tak usai
sebuah lembaran catatan sukma
bacalah:
perjalanan bersebadan tentang hidup
hanya puisi
dan padamu
aku takkan punya cerita apa-apa..
Jogja-Jakarta, 02/03
wah.. benar-benar penyair.
ReplyDeletekarya-karyanya sudah dibukukan kah?
hmmm....
ReplyDeleteaku kangen ,,, tiba2 aku rindu membaca,,,
sampai akhirnya aku temukan surat ini di laci2 yg telah usang , ku baca , lalu kubaca sekali lagi , betapa terkejuatnya aku ketika aku meraba betapa kuatnya jantungmu bergayut di serambi itu sampai2,,,tak ada waktu yg bisa meng usangkannya ??? di mana kau sembunyikan nama yg serambi yg lain , apakah memang tidak pernah anda serambi selain beranda Imah di jantung hatimu...???