Sastra Kalimalang Gelar Diskusi Budaya


RAWALUMBU – Bahasa merupakan pemersatu bangsa-bangsa di dunia, sehingga sejarah peradaban di jagat raya ini diawali dengan aksara. Selanjutnya dengan bahasa kita bisa mengenal sejarah kebudayaan dari mancanegara.

Di Indonesia sendiri, jejak peradaban juga diwarnai dengan karya-karya yang bersinggungan dengan bahasa seperti pantun, puisi, prosa, rima dan gurindam yang akhirnya berkembang menjadi perwarna khasanah kebudayaan Indonesia.

Wacana bahasa menjadi alat pererat kebudayaan dan sekaligus sebagai tonggak lahirnya kebudayaan Indonesia menjadi topik bahasa Minggu kedua yang diadakan oleh Komunitas Sastra Kalimalang, yang menghadirkan pengkarya Puisi Pantun (Sintun) Kong Guntur El-Mogas, Kritikus Seni Leonel, Penggiat Puisi Irman Syah dan Calon Walikota Dadang Mulyadi.

Sebagai mengawali diskusi, Leonel banyak menyoroti proses perkembangan sejarah bahasa menjadi pondasi kebudayaan. Dimana dirinya menegaskan bahwa karya – karya sastra Indonesia seperti Puisi dan Pantun sangat diminati oleh bangsa-bangsa Eropa.

“Pada awal tumbuhnya pengkarya sastra di Indonesia, produk kebudayaan yang dihasilkan oleh bahasa Indonesia seperti puisi dan pantun sempat menjadi perhantian bangsa dunia. Sehingga kegiatan – kegiatan seperti itu menjadi salah satu tonggak kebudayaan bahasa Indonesia” tuturnya.

Pernyataan pria yang pernah menempuh studi di bidang filsafat seni rupa ini ditimpali oleh calon Walikota Bekasi Dadang Mulyadi yang menegaskan bahwa di Kota Bekasi, mempunyai khasanah bahasa adat istiadat yang menjadi tonggak kebudayaan Bekasi.

Persinggungan kebudayaan adat Betawi dan Sunda mewarnai dialek bahasa penduduk Bekasi. Sehingga pria yang juga menjabat sebagai Sekda Kabupaten Bekasi ini berjanji jika dirinya dipilih oleh warga Kota Bekasi yang salah satu prioritas utamanya adalah membuat ruang publik.

“Kita punya sejarah kebudayaan yang kuat, terutama di Bekasi sendiri. Sehingga saya akan mencoba memperjuangkan adanya ruang kultur untuk dijadikan sebagai ruang bagi para pengkarya baik itu senirupa maupun pengiat sastra supaya terapresiasi. Paling tidak kita buatkan galeri untuk mereka,” tutupnya. (BesEk/CR17)

Share:
spacer

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI