Oleh Irman
Syah
Dengan meyakini sastra, khususya puisi, mampu membangun gairah kehidupan manusia untuk lebih berwarna dan bermanfaat, Sastra Kalimalang mencari jalan baru untuk menemukan masyarakatnya secara alami. Untuk mewujudkan maksud tersebut diperlukan kreativitas yang lebih serta gaya cukup unik.
Jika apresiasi sastra dilakukan di panggung dengan jalan menyiapkan
susunan serta kelengkapan panitia, permberitahuan penonton dengan publikasinya
yang matang, diikat pula dengan rundown acara yang tertata rapi, hal itu adalah
suatu yang biasa. Artinya, kreatornya siap, wadahnya tersedia, penontonnya ada,
dan hasil apresiasinya pun tentu akan dapat diperkirakan sejauh mananya.
Cara semacam ini memang format yang terbilang baik karena kematangan
persiapan yang dilakukan, tapi belum tentu mampu menjangkau masyarakat secara
umum, apalagi awam. Nilai baik atas apresiasi tersebut belum tentu pula lengkap
untuk dikatakan tepat. Sastra Kalimalang melihat celah semacam ini dengan cara
pandang kreatif dan konsep unik yang dimilikiya.
Celah ini juga akan memiliki nilai kebaruan dalam corak
apresiasi sastra yang dilakukan dan tidak pula cuma sekedar. Pada prinsipnya,
hal ini jelas membutuhkan pemikiran yang cermat dan usaha keras pula oleh penggagas
dan konseptor dalam melakukan rumusan. Persiapan kreativitasnya pun amat
menuntut pengetahuan mendasar serta dilengkapi semangat perjuangan apresiatornya
yang maksimal dalam segala hal untuk mewujudkannya.
Kenyataan di atas dilakukan oleh Sastra Kalimalang dalam
sebuah programnya yang disebut dengan Kampanye Kebudayaan. Kegiatan ini berupa
anjangsana. Sebuah Komunitas Sastra memilih sebuah kampung dengan cuma
memberitahu kedatangan rombongan pegiat sastra kepada ketua pemuda dan kepala
desanya. Detail acaranya tidak disebutkan secara utuh, tapi profile komunitas telah
diserahkan beberapa hari sebelumnya.
Corak apresiasi sastra ini dilakukan dengan cara yang unik.
Ketika sampai di lokasi, rombongan yang mebawa alat musik sederhana dengan tentengan
tas dengan sound system apa adanya itu langsung memilih mushalla. Semua
peralatan disandarkan di dinding mushalla dan halaman depan. Setelah
mengeluarkan perangkat kecil-kecil dari dalam tas, berupa sabun dan brush,
mereka langsung menuju toilet dan tempat berwudhuk.
Masyarakat sekitar memperhatikan dari jauh. Mereka melihat
dengan pandangan sedikit aneh. Anak-anak muda dengan rambut gonrong, bewokan
dan juga ada yang bertattoo itu kok mau-maunya melakukan aksi kebersihan di
tempat yang sering terabaikan. Zuhur pun masuk, salah seorang di antaranya
masuk ke mushalla untuk melakukan azan. Shalat berjamaah pun berlangsung. Hanya
satu dua saja masyarakat yang ikut berjamaah, selebihnya cuma rombongan.
Aksi selanjutnya berlangsung di sebuah lapangan olah raga
yang tidak begitu lebar. Para pemuda selain rombongan turut melakukan
persiapan. Sound system mulai bergema. Suara yang keluar dari sound system yang
bergemuruh itu seakan mulai memangil-manggil melalui komposisi musikalisasi
puisi yang diputar. Masyarakat mulai ramai, tapi masih berdiri dari kejauhan.
Satu komposisi berlalu. Masyarakat mulai ke lapangan satu-persatu.
Mulai dari masyarakat yang sudah ada di lapangan yang disulap
jadi panggung pertunjukan dengan artistik seadahana itu serta yang masih
berdiri di kejauhan tampak begitu beragam. Tua, Muda, Besar. Kecil, Remaja dan
Pemuda, serta anak-anak, lengkap dengan Ibu-ibu muda yang menggendong bayinya
mulai menghampiri. Akhirnya semua masyarakat itu tumplek di lapangan ketika
pertunjukan Puisi Masuk Kampung dan msikalisasi puisi itu berlangsung.
Tepuk tangan, sorak-sorai yang gemuruh, begitu saja telah
menjadi musik tersendiri dari respon masyarakat kampung. Gambaran apresiasi
semacam ini adalah sesuatu yang luar biasa dirasakan para penyair yang
berangkat dengan rombongan komunitas ini. Alangkah terasa berarti sekali karena
ternikmati. Apalagi ketika mau pulang, ketika hendak meninggalkan kampung
tersebut; shalat Ashar berjamaah yang dilakukan di mushala yang Zuhur tadi
sepi, kini berubah penuh dan terdiri dari bersaf-saf. Corak apressiasi yang
unik ini begitu berkesan dan luas pula pemaknaannya bagi alam terbuka.
RoKe’S, 22 September 2016
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI