Nilai Kepahlawanan yang Hilang

Oleh Irman Syah

Pernah suatu ketika, di sebuah Sekolah Menengah Atas yang terbilang di sebuah kota P terjadi dialog dan tanya jawab antara Guru dan Siswa yang membuahkan peristiwa sedikit mengagetkan. Kejadiannya berkisar pada tahun 1990-an tentang Pahlawan. Akhirnya, dari ujung tanya itu, Sang Guru menjadi risih dan kikuk akibat tak mampu menjawab pertanyaan Sang Siswa dengan tepat. Dialog jadi mengambang dan, Sang Murid merasa bangga dengan kekritisannya sehingga membuat kelas menjadi hening.

Pokok pangkalnya adalah persoalan nama dan peristiwa serta tahun dan peperangan saja yang dimunculkan tapi bukan kepahlawanan yang sesungguhnya jarang dijabarkan. Iya, hal inilah yang membuat dialog dan Tanya jawab itu menjadi menarik untuk dijadikan tulisan Pro Kontra kali ini. Guru menceritakan bagaimana pahlawan-pahlawan kemerdekaan yang telah berjasa, sementara sang Siswa menanyakan hakikat Pahlawan itu secara nyata bagi sebuah pemaknaan sesungguhnya tentang keagungan pengertian.

Meski kejadian itu tahun 1990-an, di tahun sekarang ini malah semakin nyata ia ke permukaan. Kenapa semua pahlawan yang dicatatkan dalam sejarah negeri ini tertangkap dan dihukum buang atau mati di tangan penjajah. Apakah pahlawan yang tidak tertangkap dan tetap hidup itu tidak ada dan karenanya tidak tercatat dalam sejarah? Wah, pertanyaan dari Siswa semacam itu menjadi kian benderang dalam derap zaman yang kini semakin tua dan menggila di negeri ini. Begitu jauh ternyata wilayah yang mestinya diberitau dan dikabarkan oleh seorang guru agar mampu melahirkan pengertian yang betul-betul menjadi kekuatan sikap generasi muda dalam mengemban tugasnya bagi bangsa dan Negara.

Andaikan hari ini pengertian dan peringatan tentang hari pahlawan masih berupa seremonial dan perayaan yang tak mampu membangun sikap hidup bangsa menjadi lebih baik maka pertanyaan siswa SMA di atas masih tetap menjadi penting untuk direnung-inapkan. Jangan hanya membangun pencitraan tentang bagaimana pro-rakyat saja, tapi akhirnya mengarah pada niat licik dan akal bulus lain yang sesungguhnya bertolak belakang dari hakikat dan nilai kepahlawanan itu sendiri yang dituju. Sementara rakyat yang dijadikan patokan dan langkah dasar itu tidak ada perubahan sama sekali taraf hidupnya. Malah hanya menjadi ungkapan layak hidup saja, tapi jauh dari kenyataan hidup layak.

Kalaulah penekanan kepahlawanan itu hanya menyangkut persoalan nama-nama yang cuma dan sekedar begitu-begitu saja yang dijabarkan dalam pemahaman sejarah dan ungkpan maka  sesungguhnya mustahil negeri ini bisa memerdekakan dirinya dari penjajah. Jadi, artinya, begitu banyak lagi pahlawan-pahlawan tak ternama dan akhirnya tak bernama dalam sejarah itu hilang atau dihilangkan oleh makna dan nilai kepahlawanan, oleh makna perjuangan, oleh makna yang dimaknai secara penuh dan mencerahkan bagi sikap generasa mendatangnya. Pada akhirnya pahlawan dan penjilat atau pengkhianat pun menjadi tipis perbedaannya. Hal ini tentulah suatu yang tidak diinginkan dan jelas-jelas merusak sikap atas nilai kebangsaan

Apalagi hari ini, dengan maraknya pemilihan Kepala-kepala daerah dan kabupaten/kota di negeri ini, nilai kepahlawanan dialah yang mesti disigi terlebih dahulu bukan cuma persoalan nama, harta, pangkat, golongan dan lain sebagainya dan masyarakat akhirnya kehilangan pegangan untuk dapat mengerti tentang siapa yang mesti mereka pilih: apa sesungguhnya perjuangan dia, dan siapa sesungguhnya yang dia perjuangkan dan, atau nilai kepahlawanan macam apa yang telah menjadi dasar dari poster dan balihoo atas nama kemakmuran masyarakat dengan jurgon dan petuah-petuah iklan yang dimunculkan begitu lebarnya.

Ironisnya, dibalik itu semua sesungguhnya banyak tokoh-tokoh muda dengan kegigihannya berbuat dan membangun komunitas yang beraktivitas berdasarkan hakikat kepahlawanan terpinggirkan begitu saja: padahal mereka di negeri ini telah melakukan tugas hidupnya dengan penuh ketulusan dan selalu berusaha untuk menciptakan kekuatan supaya masyarakat atau rakyat yang terpinggirkan oleh sejarah dan nama-nama itu mampu hidup lebih baik dan bisa menikmati hidup dengan pengetahuan serta rasa atas kerohaniannya yang terpelihara.
RoKe’S, 1 November 2013






Share:
spacer

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI