Oleh Irman Syah
Adalah sebuah peristiwa besar yang tercipta di dalam diri
seorang muslim bila puasanya sampai pada keutuhan sikap dan keimanan yang tak cuma
sekedar: alangkah bahagia dan berarti rasanya sebuah komitmen atas keyakinan
yang selalu terpupuk dan terpelihara dalam peperangan hati dan nafsu ketika
menjalankan sebulan penuh puasa Ramadhan.
Apa pun lah kericuhan yang terjadi di republik ini dan
termasuk persoalan hilal, yang mempertengkarkan tentang kapan awal puasa
menjadi tidak begitu penting bagi jiwa yang bersih. Untuk apa meributkan gajah
berkelahi dengan gajah sementara kita cuma semut analoginya. Biarlah nasib dan
takdir yang menentukan karena yang terpenting hanya ikhtiar dan tawakal yang mesti
bertegur sapa.
Usaha keras dan lepas dari jeratan serta godaan atau pun
tipuan tentu telah mendewaskan diri manusia itu dalam segala hal. Tak ada lagi
yang lain lebih dewasa selain mereka yang lulus pada bulan yang penuh rahmat
dan ampunan. Merekalah yang pantas menganggap dirinya sebagai umat yang
beriman, bukankah panggilan itu hanya ada bagi mereka yang beriman. Jadi,
selamat dan sucilah mereka memasuki Syawal.
Bagi yang belum, apa pun risikonya tentu mesti dilaksanakan.
Jalanilah hidup lewat usaha keras dengan jalan menyadari kekurangan yang
dimiliki. Bagi yang berhasil janganlah pula merasa sombong bahwa kitalah yang
paling, karena tak ada yang paling kecuali Pencipta alam semesta.
Kerendah-hatianlah yang mesti dipupuk sedalam mungkin. Hadirkanlah tingkah-laku
yang benar-benar menunjukkan ketaqwaan. Bukankah capaian itu adalah prestasi
gemilang yang mesti dipertanggung-jawabkan ke depannya.
Sebagaimana Ramadhan, sebagaimana pembakaran dosa-dosa yang
telah terlewati maka pahalalah yang mesti diperbanyak lewat usaha dan niat baik
kemanusiaan yang sempurna. Berikanlah sumbangsih akan nilai-nilai hidup pada
diri, keluarga dan masyarakat secara umum. Semoga saja akan banyak manusia lain
dapat tertolong tentang kerohanian yag maha penting itu. Ya, selamatlah.
Selamatkan kehidupan ke depan yang bukan hanya untuk diri sendiri.
Dalam gemuruh dan gema takbir serta diiringi beduk
bertalu-talu, atau keriangan anak-anak dengan baju baru yang menyimbolkan
kesucian, atau letusan petasan dan kembang api maka terucaplah: selamat Idul
Fitri 1 Syawal 1434 H, maafkan lahir dan batin. Kiriman di dinding Facebok,
Twitter dan sosmed lainnya, atau telpon dan sms yang bersambut kata adalah
ragam ucapan dan ungkapan, kata-kata atau pun gambar telah menyampaikan ucapan
kemenangan.
Demikian pula halaman ini, Sastra Kalimalang dengan segenap
Keluarga Besar 99 Terminal tak lupa mengucapkan pula bahasa yang sama: semoga
di bulan-bulan mendatang, sikap dan keimana kita tetap terjaga. Mari ujudkan
kenyataan dengan kreatifitas yang makin bermakna. Semoga saja apa yang telah dimenangkan dalam bulan
suci tetap mampu dipertahankan dalam keseharian hidup kita selanjutnya.
Bekasi, 7 Agustus 2013
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI