tak kutahu ada rimba beruang dan
srigala
dalam nyanyian malam yang tak
terafsirkan
ada juga seruling sayup suara
kiyai
dan aku merindukan warna
bianglala
dalam batin yang kuuntukkan penuh
pada-Mu
pun kuisyaratkan aku telah
memakan rambutnya
sehingga berurat pula
kesengsaraan desaku
ketika mawar mengharumkan benih
kematian
bagi tokoh kehidupanku di
balai-balai bambu
sumpah! Aku merindukan sampai di
rumah
tempat suci singgasana-Mu
suara-suara burung kadang
menghantu
namun kuyakin, itu hanya suara
alam
yang memang Kau-hadirkan bagi
setiap janji
dengan penuh ketulusan
tak ada niat selain do’a yang
kusembahkan
dan rambut ini saksi pasti yang
bisa ditanyakan
di setiap lorong waktu
seratus kilo lebih jalan dalam
menuju rumah-Mu
bagaikan bayang-bayang hari bulat
panjang
telah kususun pula langkah dengan
sayap merpati
biar bisa kucuba terus
mengepakkan resah cinta
meski awang-awang memutarkan
kisah rindu
karena aku teramat ingin untuk
berjumpa dengan-Mu
(Dimuat Republika, 9 Desember 2007)
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI