Oleh Irman Syah
Berteriak keluar kalau toh cuma menghasilkan gema untuk apa.
Tak lebih dari mencabik baju di dada. Memperlihat dan mempertontonkan kejelekan
diri sendiri. Manjadikan diri objek bagi pengamatan dunia luar. Janganlah
berlama-lama. Kurangi sifat dan sikap saling membenci. Bahasakanlah dengan
kekayaan nilai, lewat kalimat yang tepat dan dapat dimengerti bagi sesama.
Bukankah hidup saling tegur dan berbalas sapa akan menjadikan hidup kian
bermakna.
Memang, terlalu banyak kesenjangan di negeri ini. Kerenanya
perjalanan kebangsaan jadi miring, berputar di situ saja. Bagai layang-layang
dengan teraju yang tidak lurus, terbangnya tak membubung. Miring dan diputar
angin, kemudian jatuh atau malah nyungsep ke daerah rawa. Basah dan tak mungkin
diterbangkan lagi. Kalau bukan begitu, bisa saja angin yang deras akan memutus
tali. Layangan putus tentu diterbangkan angin ke lain penjuru. Sulit untuk
kembali ke genggaman.
Kesalahan patokan tersebab cara pandang yang tidak benar, karena
dimulai dengan antipati, tentulah akan amat merugikan. Banyak hal yang
dimunculkannya. Pertentangan, adu kekuatan, pertikaian dan saling menghina,
atau saling meniadakan hadir ke permukaan. Perpisahanlah yang akan
dikandungnya. Negeri yang kaya kultur akan kembali tercerai berai oleh sesuatu
yang tak jelas. Orang luar riang gembira. Waspadalah. Jangan biarkan iklan dan
promosi dunia itu ditelan mentah-mentah. Ukur dan nilai dengan seksama.
Berteriak keluar hanyalah akan menghasilkan gema, labirin
yang memuakkan. Sementara komunikasi jadi simpang-siur di masyarakat. Kabar
angin (berita tak jelas) akan selalu tak menentu dan bisa saja kemudian menjadi
badai yang sulit untuk dikendalikan. Negeri akan porak-poranda. Percayalah, apa
yang ditanam itulah yang akan dituai. Biasakanlah menanam budi. Bersahajalah.
Nilai cinta dan kasih sayang akan membangun akhlak jadi berbuah. Negeri akan
kembali jadi berseri.
Bagi penguasa dan petinggi, jangan cuma menghitung angka.
Tatahlah nilai jadi mahkota. Institusi dan struktur jadikan tanda, biar tak
cuma berbunga lara. Silang pendapat itu biasa dan selesaikanlah dengan seksama. Menjadi orang
yang terpilih bukan berarti bisa sesuka hati, ingat negeri dan generasi nanti
biar tak menyesal si badan diri. Mari. Jangan Cuma teriak ke luar, biasakan
menjenguk hati. Penuhkan sikap di kontemplasi biar tak cuma sekedar mimpi.
Rakyat sudah kenyang akan janji janganlah pula dikebiri. Keputusan dan
peraturan janganlah cuma basa-basi, perlakukan juga ke diri sendiri.
Bagi semua di negeri ini, atas ajaran reformasi khalayak pun
jadi pemberani. Berbahasa dan menilai sesuka hati. Banyak soal di pandang
salah, yang benar cuma diri sendiri. Ini
pun juga perlu disigi. Banyak yang kelam di negeri ini, butuh cahaya dan pelita
hati. Sering-seringlah teriak ke dalam, bahasakan negeri setulusnya, damai dan
tegur-sapa hakikatnya.**
RoKe’S, 11 Oktober 2012
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI