Oleh Irman Syah
SESUATU YANG BARU akan selalu membius kenyataan dan tatanan, sementara
kebaruan itu tidak akan pernah bertahan lama, selalu berkembang dan akan terus
melaju pada kebaruan berikutnya. Begitulah, kebaruan itu tidak akan pernah
berhenti selagi dunia terkembang dan langit menaungi kesehajaan matahari atau
bulan yang ganti-berganti menjinakkan siang dan malam lewat sinar dan cahaya-Nya.
Kemajuan teknologi, komunikasi dan ilmu pengetahuan telah menyeragamkan
pola berpikir, kebutuhan, akhlak (tingkah laku), menipiskan budipekerti dan
ukuran nilai kebangsaan. Hal ini mesti dilawan melalui perilaku hidup yang sesuai
dengan kodrat alam semesta. Maka, kesenianlah corong yang tepat untuk membahasakan
kebudayaan dan seluk-beluk persoalan atas nilai kerakyatan.
Merespon kenyataan itu, Sastra Kalimalang menyiapkan program gerakan kebudayaan yang
bertajuk Pentas Musik Rakyat. Pertunjukan ini akan dirangkum ke dalam event spektakuler,
PANGGUNG TERAPUNG. Dengan begitu, Komunitas Sastra Kalimalang tetap setia memantapkan
sikapnya untuk mewujudkan Ruang Publik menjadi Ruang Kultur: ya, sebuah impian
peradaban yang mengangkat harkat hidup orang banyak.
Panggung Terapung yang diapungkan tiap tiga bulan sekali ini akan
membahasakan kerohanian lewat kacamata kebudayaan. Pentas Musik Rakyat ini menurut
rencana akan dihadiri oleh beberapa tokoh yang bakal mempersembahkan karya, gagasan,
atau pokok pikiran lainnya. Tokoh tersebut, antara lain adalah Anto Baret, Mayjen Sudrajat dan Rizal
Ramli. Acara ini dimaksudkan untuk membangun kesadaran rakyat dalam
menumbuhkan nilai kerohanian.
Melalui Panggung Terapung, rakyat diharapkan mampu membangun
kesadaran akan persoalan lewat cara pandang yang lebih mengakar. Ketidaktepatan
pola pikir tentu akan mengakibatkan perselisihan, lama kelamaan tentu akan menumbuhkan
pertikaian. Berdirinya Mall, Square dan Plaza, berubah magnit yang menyulut
gerak hidup rakyat, dan prilaku seakan bergeser jadi tak menentu.
Dengan adanya komunikasi lewat media kesenian masyarakat tentu
akan mulai paham, kemudian berangsur kembali ke tapakan awal lewat pijakan
budaya. Mereka nanti juga akan bosan sendiri dengan mall, plaza dan segala
macam tempat yang serupa. Kerinduan akan kembali mengajarkan mereka untuk memilih
tempat yang berkesesuaian dengan detak hati: laiknya fungsi taman, tepian
mandi, pinggir kali, atau teluk dan pantai di ujung tanjung. Tari, musik, dan sentuhan
pertunjukan lainnya akan memarakkan kepulangan mereka dan tetap setia mencintai
Bumi Pertiwi dengan penuh ketulusan. **
RoKe'S, 25 September 2012
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI