Oleh Irman
Syah
Setelah mengarungi dunia dengan segala pernak-perniknya apa
yang telah tertanam dalam jiwa. Kesadaran akan melahirkan bahasa baru untuk kenyataan
yang sesungguhnya. Tidak akan pernah ada lagi keraguan dalam menyiapkan segala
sesuatunya, termasuk menyikapi hidup dengan dan dalam bentuk apa saja bila
keutuhan tegap dalam diri. Bukankah kepastian ada pada hati yang sendiri:
menerjemahkan cita-cita pada gugusan karya yang bisa bicara, mampu membahasakan
tuturannya dengan sempurna.
Kerinduan akan kedamaian adalah fitrah manusia. Hati yang
tulus sebagai penjinak akal pikir akan terpelihara sepenuhnya bila kedekatan
diri akan nilai-nilai ruhani tetap terpelihara. Jangan risaukan kemiskinan
sebab masih memiliki Tuhan. Sepanjang sejarah peradaban manusia, telah terlalu
banyak tanda-tanda, pelajaran dan tuntunan. Apalagi yang mesti dikejar kalau
itu hanya menumbuhkan pertikaian dan perselisihan bagi hidup yang pernah
tertata.
Manusia, makhluk yang paling sempurna dari segala ciptaan
karena kandungannya merupakan alam semesta. Zat dan sifat membuktikannya.
Kajian dan kenyataan memaparkannya. Apalagi? Kepuasan macam apa yang didambakan
kalau akhirnya kebuasan yang menjatuhkan harkatnya pada penamaan yang bukan
manusia. Kaji dan ulang lagi perjalanan, maka akan ditemukanlah peta-peta baru
dari kesalahan dan kekeliruan lampau. Kebutuhan mesti tertata, mesti
dipelihara. Bukankah dari situ pangkal bala dan pangkal budaya membangun garis
yang bersimpangan.
Dari akar sejarah, kebutuhan telah melahirkan kebudayaan.
Pemenuhan akan kebutuhan membutuhkan pikiran dan akal budi. Kedamaian
bersemayam di dalamnya. Segala seluk beluk akan kebutuhan hidup manusia
semestinyalah mencerminkan nilai dan harkat kemanusiaan. Inilah yang amat
membutuhkan penggalian dan penemuan agar cita rasa menjadi tepat untuk
dinikmati. Hidup jadi pakaian rahani, kelengkapan yang mahasempurna. Di sinilah
kebudayaan mengada dan menubuh dalam kegaiban atas punca keyakinan.
Ketika semua itu dibahasakan dengan kata-kata, takkan pernah
lengkap komunikasinya. Bukankah kata-kata juga telah dikorupsi dalam berbagai
bidang dan ragam kepentingan. Mungkin akan banyak yang alergi karenanya, tapi
karya cipta yang merupakan kebutuhan rohani akan mampu menjernihkannya.
Kesenian, kelengkapan isian hidup perjalanan manusia tentu akan lebih bijak
menyampaikan. Laiknya sebuah upacara,
komunikasi seni adalah makanan yang terlupakan ketika industri dan pasar-pasar diantarkan
ke dalam genggaman. **
RoKe’S, 20 September 2012
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI