Bulan di Pucuk Bambu

Banjir Jakarta


wahai bulan 1hari lewat purnama
sampaikan pada perempuan setia itu aku rindu
senyumnya yang belum pernah sempurna
kemarin barusaja purnama, taun baru disambut Selasa
dan para jin berpesta di luar sana
tapi aku mendengar jeritan di kota terbakar
banjir, ledakan bom, dan tabrakan kereta

wahai bulan malam pertama usai purnama
sampaikan pada perempuan setia itu aku tak rela 
ia tergores luka, terperangkap badai gurun, gunung dan rimba
kabarkan juga aku telentang di balai bambu
usai bernyanyi pilu menikmati cahaya

wahai bulan 1hari lewat purnama
sampaikan pada perempuan setia itu bahwa cahya dari
matanyalah keteduhan jiwa, pancaran wajahnya sinar hidup
menafasi perantauan, menaklukkan benteng demi benteng
langit ke tujuh sekali pin!

wahai bulan malam pertama usai purnama 
sampaikan pada perempuan setia itu, derita atas jarak 
dan waktu selalu menuai rindu, di saat aku terdampar
dikurung mimpi dan dirantai kekuasaan, saat itu pula
tahun-tahun lengang selalu berderap 
bagai langkah kuda luka


Share:
spacer

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI