Monolog Pertiwi

(SCREEN DI TENGAH BELAKANG PANGGUNG MEMUTAR VIDEO TENTANG KAUM MISKIN KOTA, GELANDANGAN, PENGEMIS, PEMULUNG, CALO, PEDAGANG ASONGAN, PENGAMEN DAN LAINNYA:

KEMUDIAN BERGANTI DENGAN GEDUNG2 MENJULANG, JEMBATAN, TOL, STASIUN, TERMINAL, PUSAT2 PERKANTORAN, MALL, PLAZA, ISTANA, DAN KEMEGAHAN KOTA LAINNYA…)

******

DI SEBUAH SUDUT PERTOKOAN, DI LANTAI KORIDORNYA, SEORANG GELANDANGAN TIDUR MERINGUK DENGAN BEBAN HIDUPNYA. KEMUDIAN SEORANG CLEANING SERVICE TAMPAK
SEDANG MENGEPEL..

CS                    : Mas.. mas.. Lantainya mau dipel..!

(DIA MENGARAHKAN TONGKAT PELNYA KEARAH KEPALA GELANDANGAN YANG MERINGKUK..  YANG DIPANGIL MAS ITU TETAP SAJA DENGAN RINGKUKNYA YANG KIAN MENGGULUNG)

CS                    : Mas! Mas..!!! Lantainya mau dipel!!

(DIA MENGETUK2KAN TONGKAT PELNYA KE KAKI SI GELANDANGAN ITU HINGGA TERBANGUN)
GELANDAGAN PERGI,  CLEANING SERVICE KEMUDIAN MELANJUTKAN PEKERJAANNYA SAMBIL NGOMEL:

CS                    : Dia kira ini tempat moyangnya apa? Dasar Gembel..!!

******

(SUARA MUSIK MENGHIBA DAN SEDKIT MENYAYAT MENGISI PAGGUNG YANG KOSONG SETELAH DITINGGALKAN 2 TOKOH DENGAN PERBEDAANNYA)

KEMUDIAN MASUK PERTIWI (TOKOH UTAMA) DENGAN PENUH PERSOALAN YANG MENGISI RONGGA HATINYA: DIA BERGERAK DENGAN ANGGUN, MENATAP PENONTON LEWAT KEJERNIHAN HATI DAN DENGAN TENANG MENGELUARKAN KALIMAT DEMI KALIMAT DENGAN TENANG.
PERTIWI:
Setelah sekian lama bersepi-sepi dengan diri
akhirnya kubongkar jua satu cerita dalam hati:
Tentangmu yang bimbang
Namun tetap membayang…

Musim kian beranjak dari ketiak waktu, hari berganti,  dan kurun pun bertukar
namun tetap saja kesenjangan mengisi hati, ruang dan waktu
Kabar demi kabar pun tergelar di negeri yang remuk bagai kerupuk,
Sementara aku tetap berusaha menyimpannya dengan penuh ketulusan.

Kini aku ingin mengabarkannya bagi kehidupan..
Izinkan aku menyampaikan detak hati bagi segenap rasa dan empati
Tentang kondisi kekinian negeri, rakyat dan kehidupan yang tak pernah sejahtera
Apalagi tentang kemiskinan yang kian mendera: tangisan bayi di tengah gulita
menyisakan pilu berkepanjangan,
hidup seperti apa yang kini mereka pertaruhkan..?

aku tak sanggup membayangkan..
bagaimana jalan raya dengan preman2nya
apalagi membayangkan samurai berapi di aspal yang basah
yang ditarik kejar-kejaran, tak peduli halal dan haram
terkadang cuma  persoalan kecil atau bisa juga  perebutan lahan!
Ow.. huff!

Pengangguran merajalela, harga meroket, pencari kerja tak tau lagi singgah di mana?
Terbuang, terlempar dan kehilangan cinta
Ijazah dan lowongan kerja pun tak lagi bertegur sapa
Hidup pun kehilangan kasihsayang..

“Orang miskin dan anak2 terlantar dipelihara oleh negera..”

Duh. Maknanya mengelana dengan nyata
di jalan-jalan raya, taman2, jembatan, dan tugu2 kota
Kemudian disambut oleh gubuk2 kumuh dengan pedihnya.

(LAGU ‘BONGKAR’ MENGSI RUANGAN..)

Tak banyak memang cerita yang indah, semua telah dipeluk gundah
Dan keluh pun kini teramat kesah
mengantar mimpi yang tak berujung..

mari taburkan kasih-sayang
jangan berlama-lama..
sikapi dengan cerdas keyataan
ayo bekerja sama dengan tetap prinsip keadilan,
martabat, dan kemandirian

Mari!
Penuhi  Dompet Dhuafa
bantu kaum miskin memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
meningkatkan kemampuan hak ekonomi rakyat
dalam hidup sehari-hari.

Mari!
ciptakan masyarakat yang kuat dan mandiri
dalam sistem perekonomian.

Jakaata, 18 juli 2011
Share:
spacer

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI