Meneropong Panorama Budaya Indonesia


Dibacakan pada Ultah ke-1 Pakri
Oleh Irman Syah


Mengingat nama Indonesia, tentu kita tak pernah mengingat,kenapa Indonesia menjadi sebuah nama bagi bangsa dalam pengertian nation is state's. Kalau itu yang kita alami, tentunya, kita tak pernah mengingat apa yang akan disebut dengan Budaya Indonesia. Bagaimana pula kita akan meneropong kebudayaan Indonesia. Sementara, sebutan Indonesia sebagai bangsa, baru resmi pada tanggal 17 Agustus 1945.
Ke arah mana teropong hendak kita hadapkan, untuk dapat mengintip sesudut pandang Panorama Indonesia. Entahlah, jika sudah lahir sebuah kebudayaan baru bangsa Indonesia, mungkin saya yang lengah, Sehingga perkabaran tentang keberadaan atau kelahiran kebudayaan Indonesia sudah di proklamirkan.

Pada tahun 1928, tanggal 28 Oktober, hari yang biasa disebut sebagai hari Soempah Pemoeda, juga merupakan hari kelahiran Bahasa Indonesia, disejajarkan dengan kelahiran sebuah peradaban atau kebudayaan Indonesia. Padahal, pada masa itu, teriak lantang pemuda hanya menyebutkan : Bertanah Air Satoe, Tanah Air Indonesia, Berbahasa Satoe, Bahasa Indonesia, Berbangsa Satoe, Bangsa Indonesia.
Kalau untuk sebutan Lingua franca, bahasa menunjukkan bangsa, tentu akan sangat tepat. Namun, jangan lupa, bahwa pernyataan tersebut belum bisa mengklaim bahwa Indonesia telah melahirkan sebuah Budaya yang Satoe, yakni Budaya Indonesia.
Bahasa Indonesia, bisa di letakkan sebagai pondasi dari sebuah bangunan megah bernama Budaya Indonesia, asalkan saja, diikuti dengan pelaksanaan dari penegakkan budi dan daya manusia Indonesia. Toh sampai detik ini, kebudayaan yang ada baru merupakan kebudayaan Masyarakat daerah yang berada dalam wilayah NKRI. Karena, belum pernah terjadi serah terima kebudayaan masyarakat kepada Negara (state's) yang tertuang dalam Undang-Undang dasar, maupun undang-undang lain, selain undang-undang cagar budaya.
Undang-undang terakhir, merupakan pernyataan tegas, bahwa negara berkewajiban melestarikan budaya masyarakat daerah yang berada dalam wilayah NKRI. Sementara, para founding father's Indonesia, alpa untuk melahirkan sebuah aliran baru kebudayaan bernama Budaya Bangsa Indonesia.
Ketika Soekarno menyatakan ciri-ciri bangsa merdeka, maka yanng tertuang dari trisula kemerdekaan adalah : Berdaulat dalam Politik, Mandiri dalam Ekonomi serta Berkepribadian dalam Kebudayaan.
Pada konteks tersebut, Soekarno lebih menegaskan bahwa bangsa Indonesia haruslah memiliki kepribadian utuh sebagai bentuk budaya bangsa Indonesia yang hetro culture. Artinya, bukan Jawa Culture, Minang Culture, Sunda Culture, Papua Culture, Dayak Culture, tetapi Indonesia Culture.
Jika kepribadian sebagai pondasi pembangunan budaya Bangsa Indonesia, maka, kepribadiaan seperti apakah yang telah mengakar di gerak kehidupan bangsa Indonesia ? Mari kita tilik lebih dalam lagi tentang kepribadian umum Bangs Indonesia.
Kepribadiaan umum bangsa Indonesia, hari ini mungkin dapat dengan mudah kita kelompokkan, seperti :

  1. Lebih bersedia menjadi budak di atas tanah sendiri maupun di negeri orang
  2. Lebih bangga berhutang dan menjadikan hutang sebagai etos kerja bangsa
  3. Lebih bangga meniru peradaban asing tanpa mampu melahirkan peradaban sendiri
  4. Lebih bangga memakai bahasa Asing daripada bahasa sendiri

    Dari ke empat katagori tersebut, mungkin penjabaran rincinya dapat kita singkat saja. Seperti :
1. a. Bahwa program Land For Sale's yang di otakki Worl Bank, serta kapitalisme yang telah merajalela dalam prinsip dasar ekonomi negara Indonesia, telah melahirkan tuan tanah tuan tanah baru dari negeri asing. Sementara kita, di perkebunan luas, pertambangan luas, hanya mampu menjadikan bangsa kita sebagai kuli di atas tanah yang pernah mereka miliki secara turun temurun. Sedangkan negara, sebagai State's of Administration, hanya menerima rimah hasil perkebunan besar berupa pajak dan restribusi tanpa kemampuan lainnya yang bisa mensejajarkan bangsa dan negara ini dengan bangsa dan negara lainnya di dunia.

1.b. Kecenderungan untuk mengeksport tenaga kerja, merupakan followup dari program pendidikkan kejuruan, telah berhasil melahirkan budak-budak profesional yang modern dan bahkan ditanamkan rasa bangga kepada karib kerabat mereka, bahwa budak juga pekerjaan mulia. Artinya, kebudayaan baru bangsa Indonesia, adalah budaya perbudakkan yang di bungkus profesionalisme dan skill work. Lahirlah Pendidikkan Life's skill, bukan pendidikkan Life's school's (Sekolah Kehidupan)

1.c. Perbudakkan Sek's, juga telah menjadi peradaban daur ulang dari peradaban tua tentang Penjaja Seks Komersial pada masa jayanya kerajaan-kerajaan di Nusantara dan belahan dunia lainnya.

2.a. Memicu laju pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia dengan hutang. Karena tak satupun dari pembangunan yang dilakukan di State's of Indonesia merupakan hasil dari bangsanya. Mata uang asing, selalu saja bisa lebih tinggi dari mata uang bangsa Indonesia. Padahal, Emas terbaik sebagai mata uang yang tidak pernah mengalami inflasi ekstrim, dengan ikhlasnya kita berikan kepada bangsa asing yang melakukakan imperalisme dan kolonialisme gaya baru (Neo Imperialisme & Neo Kolonialisme).

2.b. Budaya hutang yang di tanamkan ke dalam jiwa bangsa Indonesia, telah berhasil seratus persen. Tak satupun dari rumah tangga bangsa Indonesia yang tak bangga dengan berhutang. Mulai dari hutang pembeliaan bahan pangan, sandang, papan, serta kelengkapan primer & sekunder lainnya. Semuanya dapat dipenuhi dengan jalan berhutang. apabila hutang telah tumbuh, maka semangat kerja untuk membayar hutang, pasti meningkat 1000 persen. Bahkan di dalam rahim perawan bangsa Indonesia yang belum menikah, telah tertanam benih sperma hutang. Karena, hutang telah memperkosa mereka dengan penuh kelembutan dari wajah tampannya yang menggoda.

3.a. Kebiasan meniru dari pada membuat dengak akal, budi dan daya, telah pula merasuki dalam jati diri perkembangan kebudayaan bangsa indonesia. Sehingga, tak satupun dari bangsa Indonesia, memiliki jati diri utuh.Persoalan caracter building yang digemborkan, mengalami kontradiksi, karena, selalu saja budaya asing lebih diunggulkan ketimbang upaya untuk melahirkan sebuah budaya dasar bangsa Indonesia.

3.b. Bangsa Indonesia, ternyata lebih pandai meniru dari pada di tiru. Jika pada masa lalu kita mengenal dengan sebutan Agri Culture (Budaya pertanian), maka pada saat ini, telah berubah menjadi Agri bisnis. Pemaksaan percepatan tumbuh tanaman pangan, menjadi alasan kuat untuk melahirkan konsepsi agri bisnis yang dimotori oleh neo kapitalisme. Lahirlah program-program rekayasa genetika tanaman pangan di Indonesia. Penggunaan Pupuk Buatan (Kimia), herbisida, fungisida kimia, menjadi pendamping tanaman pangan untuk dapat tumbuh serta menuai hasil dengan cepat. Hasilnya adalah, penyakit tubuh bangsa Indonesia semakin bertambah banyak.

4.a. Kebanggaan bangsa Indonesia terhadap bahasanya sendiri, telah mengalami penurunan yang sangat signifikan. Kerusakan bahasa yang terjadi hari ini, sampai sekarang masih belum ada upaya untuk merehabiltasinya. Kebanggaan tersebut, justru di motori dengan banyaknya media masa, baik cetak maupun elektronik.

4.b. Para Pejabat, para Politisi, para selebiritis, bahkan terkadang, para "sastrawan"-pun, lebih sering mempergunakan bahasa asing. artinya, promosi gratis buat bahasa asing bisa masuk ke dalam mulut bangsa Indonesia.

Nah, ke arah manakah teropong akan kita hadapkan lagi, agar tampak secuil panorama indah bernama Budaya Indonesia ?

Jawabnya, tentu tergantung dari kesepakatan kita berdasarkan permusyawaratan Bangsa Indonesia, yang tidak bisa di wakilkan di DPR RI maupun MPR RI. Kesepakatan yang berangkat dari kemauan tulus untuk membangun nilai-nilai luhur budi dan daya bangsa Indonesia. Semoga, kemauan tersebut dapat mengkecambah di dalam sanubari bangsa Indonesia. (Swarga Bhumi, 14 Maret 2010)
Share:
spacer

No comments:

Post a Comment

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI