Jakarta- Kondisi ekologis sastra Indonesia saat ini tidak harmonis akibat rendahnya apresiasi terhadap karya sastra Indonesia, baik dari masyarakat maupun pemerintah pusat dan daerah, serta minimnya kritik sastra.
Demikian, antara lain, diungkapkan penyair Irman Syah menyongsong digelarnya Temu Sastrawan Indonesia I di Jambi, mulai Senin (7/7). Sama dengan Ketua Temu Sastrawan Indonesia I, Sakti Alam Watir, dia juga menilai, apresiasi masyarakat terhadap karya sastra masih minim, terutama di daerah. Keduanya dihubungi secara terpisah di Jambi dari Jakarta dan di Jakarta, Minggu kemarin.
Perkembangan sastra Indonesia sepeninggal ”Paus Sastra” HB Jassin juga tidak diiringi oleh kinerja kritik sastra yang kini amat minim. Kedua kondisi tersebut menyebabkan ekologi sastra tidak lagi harmonis.
Irman mengatakan, ”Kegiatan sastra di daerah kurang mendapat dukungan dari pemerintah. Bahkan, ada pemerintah kota/kabupaten yang tidak tahu di daerahnya ada sastrawan berkaliber nasional, bahkan ada yang meraih prestasi di tingkat Asia Tenggara, sambutan pemerintah dingin.” Penghargaan terhadap sastrawan amat minim jika dibanding penghargaan kepada atlet yang merebut prestasi di suatu event.
Atlet mendapat pujian dan bonus, bahkan rumah. Di sisi lain, sastrawan yang berprestasi tidak mendapat penghargaan dari pemerintah.
Sementara itu, Sakti mengatakan, ”Kehadiran para kritikus sangat diharapkan. Belum diketahui kenapa mereka jarang dan malas menulis. Dipandang perlu, di temu sastra nanti, menggelar dialog dan musyawarah untuk membicarakan ”wadah” dan menemukan solusi tidak sehatnya ekologi sastra,” tuturnya. (NAL/Kompas, 7 Juli 2008))
Irman Syah: Kondisi Ekologis Sastra Indonesia Tidak Harmonis
Penyair Rohmantik, Kolumnis, Aktor dan Acting Coach:
Lahir di Magek 2/10/1965, menamatkan Pendidikan di Sastra Indonesia Fak. Sastra Universitas Andalas Padang Program Sastra dan Filsafat.
Menjadi Guru Di INS Kayutanam (1993-1998) Kolomnis Orasi Budaya Padang Ekpres (1999-2000) dan Pro Kontra Radar Bekasi (2012-2015)
Pemenang Lomba Penulisan Puisi Indonesia (di Batu Beramal Malang, Padang dan SMK Bali Tahun 90-an) dan Cerpen MPU Jakarta.
Aktor di Film Trophy Buffalo, Tasuruik, dan Pinokio (FTV). Acting Coach Film Layar Lebar Di Bawah Lindungan Ka'bah (2010), Pacu Itik (2017), dan Buya Hamka (2019).
Buku puisinya Rohmantik, Kitab Puisi Irman Syah (JBS, 2019). Aktif dalam berbagai kegiatan seni dan budaya di Jakarta.
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI