BOLEK PUISI KAYU KOLEK
(Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat)
(Kabupaten 50 Kota, Sumatera Barat)
P u i s i A k h i r T a h u n:
30 Des - 1 Jan 2018
Mengetengahkan
puisi kepada masyarakat
memulangkan peradaban kepada pemiliknya
memulangkan peradaban kepada pemiliknya
Momentum
tahun baru
gelanggang yang mempertunjukkan
dan sekaligus mengukuhkan
keutuhan masyarakat pada kebudayaan
gelanggang yang mempertunjukkan
dan sekaligus mengukuhkan
keutuhan masyarakat pada kebudayaan
‘Kayu
Kolek’ di pinggang Gunung Sago
adalah saksi, tempat kepulangan yang tepat
bagi gagasan cemerlang para sastrawan
lewat panorama kehidupan melalui karyanya
yang istimewa.
adalah saksi, tempat kepulangan yang tepat
bagi gagasan cemerlang para sastrawan
lewat panorama kehidupan melalui karyanya
yang istimewa.
GERAK KESUSASTRAAN
Menemukan kata untuk
memastikan kenyataan negeri yang sesungguhnya adalah sebuah usaha yang penuh
tantangan dan mesti digali terus menerus dengan penuh ketekunan dan kesabaran.
Pergerakan dan
aktivitas keaksaraan bukanlah sesuatu yang biasa dan alakadarnya saja,
melainkan lebih pada kesungguhan dan kejujuran terhadap kata itu sendiri.
Berbedanya kata dengan
tindakan adalah musuh tujuan dan cita-cita. Kata adalah kebenaran, dan kebenaran
kata mestinya disebar-luaskan agar menjadi laku keseharian manusia.
Untuk itu, janganlah sampai
terjadi pada hal yang sebaliknya, atau dengan kata lain, acuan mengarah pada sesuatu
yang bertentangan, atau ‘kata adalah kebohongan’.
Alangkah tidak tepat jika
‘kebohongan kata’ yang dijadikan patokan dalam sumber hukum atas laku dan
tindakan keseharian hidup yang membenarkan kesalahan.
Antara ‘kebenaran kata’
dan ‘kebohongan kata’ sungguhlah sesuatu yang sangat bertolak belakang, tapi
atas nama kepentingan semua itu bisa saja dibiaskan.
Hal semacam ini dapat
dilihat dari keseharian dan bisa disimak melalui tingkah laku manusianya: semua terpapar, baik di lingkungan masyarakat
atau di gedung dan parlemen.
Begitu banyak kilah dan
siasat yang pada akhirnya memunculkan strategi yang selalu mengarah pada
wilayah silang sengketa.
Tak terbayangkan akibat
dari dampak kesalahan tersebut: menyebarnya informasi yang saling meruncing dari
media komunikasi yang begitu banyak corong dan namanya.
Nah. Kalau kita terus
melanjutkan pembicaraan dan tetap menyoal pada akibat, tentu bukanlah sesuatu yang
adil. Lebih bersahaja rasanya jika kita mendasarinya dengan usaha dan tindakan serta
terlebih dahulu mengaji sebab atau asal-muasal kejadiannya.
Etimologi semacam ini
dipentingkan karena akan lebih mampu menerangkan bagaimana sebuah peristiwa
tercipta dan kira-kira apa pula sebab yang mendasari persoalannya.
Dengan begitu, hal
prinsip akan mengemuka, tinggal membenahi apa yang tengah terjadi di hulunya.
Kalau akar katanya ditemukan tentu akan lebih mudah menemukan jalan menuju pohon, cabang dan rantingnya.
Penemuan kata akan dapat
dilanjutkan pada ungkapan bahasa dalam bentuk karya apakah itu puisi atau prosa. Sesungguhnya
inilah yang merupakan jembatan panjang kata-kata kehidupan.
Di dalamnya akan dapat ditemukan
makna dan pemahaman dasar tentang bagaimana pentingnya pengetahuan perihal
‘kata adalah kebenaran’ itu, serta bagaimana buruknya dampak ‘kata adalah
kebohongan’ dalam lingkup kehidupan.
Gerakan kebudayaan yang
sengaja melibatkan masyarakat di dalamnya tentu akan menelorkan butir-butir pikiran melalui catatan
penting untuk ke depannya.
Penemuan kata dalam
khasanah budaya, terutama lewat jalan kesusastraan akan selalu bermanfaat, dan dapat menjadi pandangan
kehidupan.
Melalui untaian kata, kita
akan dapat menyimpulkan rasa bahasa dan pikiran bahasa yang menyatu dengan akarnya,
yang kemudian melahirkan sikap dan kecintaan dengan penuh kesungguhan.
Kegiatan yang selalu
berusaha merangkul nilai-nilai kehidupan berdasarkan perbedaaan, kemudian
mewujudkannya melalui mahkota bahasa -- sebagaimana yang dirindukan -- tentu akan
menjadikan hidup damai sepanjang masa dalam ikatan persaudaraan dengan siapa saja.
UNDANGAN
Komunitas Tanah Rawa,
Ikatan Pemuda Pelajar Jorong Sikabu-kabu (IPPJS), Karang Taruna Sikabu-kabu
Tanjuang Haro Padang Panjang, Ikatan Pemangku Adat ke lima suku, serta Wali
Nagari dan jajarannya mengundang para Sastrawan/seniman dan masyarakat secara
umum untuk berkenan hadir dan berpartisipasi aktif dalam acara ‘Puisi Akhir Tahun' di Kayu Kolek.
PELAKSANAAN
30 Des - 1 Jan 2018
LOKASI
Lokasi acara di ‘Kayu
Kolek’ Kenagarian Sikabu-kabu Tanjuang Haro Padang Panjang, Kecamatan Luak,
Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Tepatnya, 13 km dari pusat
kota Payakumbuh.
Jalan berliku dan
kemudian mendaki akan memanjakan mata sebelum sampai. Masyarakat yang ramah dan
responsif tentu saja akan amat menyenangkan dalam mendapatkan berbagai
informasi.
Masyarakat di pinggang
Gunung Sago, Wali Jorong dan Pemuda, Wali Nagari dan jajarannya, beserta Ikatan
Pemangku Adat yang Lima Suku akan menyambut kedatangan peserta dengan muka yang
jernih dan hati yang suci.
Kayu Kolek, 25 Desember
2017
Catatan:
Peserta dari luar kota Payakumbuh diharapkan sudah sampai pada 30 Des 2017 dan berkempul di Pusat Kota pukul 14:00 WIB, Tepatnya di depan (eks) Kantor Bupati Lima Puluh Kota untuk kemudian berangkat sama-sama ke lokasi.
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI