Oleh Irman Syah
Akankah hidup sebenderang cahaya jiwa yang menyinari
bunga-bunga? Taman yang berpagar, harmoni warna membangun kesejukan di nafas
wangi. Kenyamanan yang dalam akan suasana hati inilah impian yang akan selalu melebarkan
sayap kecintaan bagi segenap arah di pejuru kehidupan. Begitulah sesungguhnya, ‘Taman
Kehidupan’: terawat oleh kata-kata dan dipupuk oleh budaya yang menggenapkan segala
kekurangan.
Kedamaian negeri tentu saja diimpikan oleh semua orang. Hanya
capaiannyalah yang beragam bagi masing-masing diri. Keragaman cara dalam
pemenuhan impian demi sebuah tujuan tentulah akan menjadi jalan tersendiri pula
bagi sebuah usaha kehidupan. Intinya tak lain adalah bagaimana cara mencapai
kenyamanan dan kedamaian lahir dan batin itu bagi manusia dalam upaya menjalani
hidupnya.
Hal inilah yang muncul ke permukaan, menari dalam kesibukan
kota di negeri tercinta. Kadang keaneka-ragaman itu mampu membangun harmoni,
dan terkadang pula membuahkan simpang-siurnya ungkapan dan penilaian.
Kedewasaanlah yang mempu menerjemahkannya ke dalam kata dan tindakan.
Pengucapan bahasa dalam setiap komunikasi akan melabuhkannya menjadi sebuah
patokan dan cara pandang yang lebih baik bagi masadepan.
Ketika korupsi mengemuka, orang-orang pada sibuk
menggunjingkannya di warung-warung, di kampus-kampus, di kafe-kafe, di
hotel-hotel, di perempatan-perempatan jalan, di bus-bus, atau menyeminarkannya
di tempat-tempat terpilih sejuk dan ber-AC untuk melupakan diri sendiri saat
itu. Kedirian yang terlupakan ini tentu akan memperlambat jalan dan usaha pula
dalam pencapaian impian demi sebuah
tujuan. Demikianlah kenyataan yang menari dalam berita-berita media di negeri
ini. Kadang melambungkan kata untuk melupakan kenyataan yang sesungguhnya bergejolak
di dalam jiwa kehidupan.
Maka syair-syair kehidupanlah yang mampu merangkumnya menjadi
kata yang sempurna. Menawarkan mahkota bagi bunga yang kemarin sempat menarik
jiwa untuk menikmati wangi: memaparkan ragam rupa dari warna kehidupan yang
tergenggam di tampuk-tampuk kehidupan cinta dan kasih-sayang terhadap
sesama. Sastra berada di sini, di ruang
ini, menjabarkan detak-rasa dan impian kehidupan dengan bahasa yang jujur serta
dengan tujuan yang begitu tulus akan pandangan dunia yang semestinya dilihat
secara tepat dan cerdas oleh manusia.
Begitu banyaknya taman-taman kemanusiaan yang diciptakan
kenyataan. Di istana, di gedung-gedung parlemen, sekolah-sekolah,
kampus-kampus, rumah sakit-jiwa, penjara-penjara, di kolong-kolong jembatan, dan
lain sebagainya: semua itu adalah kenyataan kehidupan yang mesti dijabat dengan
penuh-kasih. Kata-kata takkan pernah berpihak pada kelas dan status itu, kata-kata
akan berpijak pada kebenaran itu sendiri. Kebenaran yang berdiri sendirinya.
Dari kenyataan itu semua: syair-syair mengalir, membangun kedamaian bagi
negeri, membutirkan hakikat hidup dari kodrat penciptaan manusia oleh yang
Maha-segala. **
Jakarta, 22 November 2012
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI