Oleh Irman Syah
Suara, gema, gemuruh, dan debar bahagia mulai terasa kembali
menjalari diri. Syair-syair dengan
syiarnya akan selalu mengantarkan jiwa manusia ke maqomnya yang sempurna.
Ramadhan datang setela dilepas Sya’ban dengan penuh ketulusan dan di nisfunya
kita telah saling bermaafan. Bulan suc,i bulan penantian, bulan pengampunan
dari semua kesalahan dan dosa-dosa kehidupan, disengaja atau pun tidak dalam
kenyataan keseharian hidup manusia muslim.
Berbahagialah wahai jiwa, tunaikan kewajiba yang telah
diwajibkan bagi orang-orang sebelumnya. Bukankah ketenangan akan mengalir bila
rasa dan keyakinan itu selalu terpelihara. Jangan riasaukan apa-apa bila tak
berpucuk kepastian. PadaNya, kita b erserah dan selalu membangun keutuhan.
Ruang jiwa, syair-syair yang mengelana di dalamnya, senandungkan terus dengan
bahasa nyata.
Mari kembali mendengar debur dada, berkaca di alam nyata:
seberapa jauhkah perjalanan, seberapa pula hasil dan nilai hidup, betapa
sungguhkah keyakinan? Semua itu pasti akan terjawab bila hati selalu terjaga
atas dasar dan ukuran nilai kesucian. Andai mampu berkaca diri dan selalu
bertulus hati tentulah akan selalu merindukan sasana hati di bulan suci.
Padanya kelengkapan dan kekuatan berjalan dengan sempurna.
Cuma sekali dalam setahun Ramadhan mengunjungi manusia dengan
kelebaran sayap kecintaannya. Bulan suci penuh rahmah an ampunan akan selalu
siap sedia untuk mengantarkan kita ke langit mulia kehidupan yang tak bertara.
Alangkah bahagia, alangkah senang, alangkah rasa ini akan menjadi sebuah keutuhan
atas kebutuhan hidup dalam menjadikan diri manusia pada takwa. Kata-kata takkan
mampu untuk mengungkapkan bahasa dengan sepenuhnya kecuali do’a.
Semoga di bulan suci menjelma ini selalu dihiasi mimpi yang
penuh arti. Mimpi dari hidup dan mati. Kalau hati mampu dijaga, bahagia surga
takkan ke mana. Dan di dalamnya selalu ada karya, dan nilai religious yang kian
mengemuka. Karya yang demikian pastilah selalu berlandaskan pada estetika yang
sempurna: dunia dan akhirat di dalam genggamNya.
Bangun dan dirikan terus puncak-puncak kata, sebutlah mahkota
bahasa karena lahirnya nyata dan tentu apabila diukir dengan pahatan yang mengena sesuai ukuran,
garis, dan nilai yang mahasempurna. Karya inilah yang akan mampu menggugah jiwa
pada kesadaran dan kekecilan diri dari pencipta. Kebenaran kata akan menjadi
keyakinan tak bertara dalam pemahaman dunia dan akhirat pun akan dikandungnya.
Lengkaplah sudah semuanya andai itu selalu mengacu pada yang baqa.
Wahai penguasa alam semesta, jadikanlah hati yang lapang ini
tempat tumpangan para nestapa yang ingin pulang ke negerinya: melayari hidupnya
demi kepentingan pencinta yang selalu rindu singgasana, mukimnya yang
Mahamulia. Puisi hati kan mengangkasa, menjangkau segala duka dan menjadikannya
bahagia tak berkira. Apalagi memasuki puasa, kata-kata kian tajam dan bermakna:
apa diminta tentu akan dikabulkan-Nya.
Savoy Homann Bdg, 19 Juli 2012.
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI