Kristin dan Rudolof
di jalan berliku embun turun
kelok demi kelok memutar pandang, danau terhampar
riak membalik kenangan, khutbah panjang Hamka
kembali terdengar:
“Maninjau padilah masak, batang kapeh batimba jalan
ati risau dibao galak bak paneh menganduang ujan,”
tanah agraris, padi menguningkan harapan
kapuk di kiri-kanan kukuhkan impian
di kelok 44, terkadang danau di kiri dan terkadang
hadir di kanan: mata-mata biru, kulit-kulit kapilo
menuntaskan pandang kearah senja
di tanah ketinggian, Rumah Gadang ketirisan
Abdul Malik dan Fatimah berdiang di dapur
kalimat mengalir hilir-mudik:
Sitti yang sembilan bulan bertengkar dengan Nurdin
tentang anak di kandungan
akhirnya bersepakat
kalau Buyung jadi Rudolof, bila si Upik dipanggil Kristin
inilah musim, humstey berseliweran, musik-musik karaoke
malam hilangkan gambus: Abdul Malik berpayung daun
pisang, Fatimah bertelekung mencari azan bergema
kukuhkan iman di dada!
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI