Rumah Bertangga Lumut

naiklah tegurmu saat aku ragu memilih langkah
angin berdesir di hutan jiwa, musim menguak
pelan di bibirmu bunga mekar
dan kubayangkan kumbang-kumbang hinggap lagi
menitipkan padamu rembang sore
berdiri di sini aku tak sanggup disayat senyum
apalagi ke ruang tamu


menatap matamu hatiku bertukar tempat
mengapa kau tusukkan kenangan
disaat aku tak sanggup mewarnainya
kau sentakkan lagi buhul yang kumatikan
hingga aku buyur di gemuruh laut
dalam ketaksanggupan angin tetap saja berdesir
wangi tebar membawa pagi ke malam


mendengar suaramu, udara tampil begitu lain
kautitipkan lagi rumah padaku
padahal aku tak ingat warna jejak kaki
yang pernah kutinggalkan di situ
lewat mata, jejak sepatu kian banyak di sini
aku sunyi, tak sanggup menyusur arah
naiklah pintamu, padahal tangga ini licin
sedang tanganmu hampir menjangkau hati
Share:
spacer

1 comment:

  1. aku suka katanya yang puitik pak Irman
    ingin rasanya menulis yang seromantis ini
    kunjung juga ke kerajaanku ya pak
    salam blogger

    ReplyDelete

SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI