Untuk pertama kalinya, Temu Sastra Jakarta di adakan di Ibu kota ini. Selama ini Jakarta dianggap pusat bagi segala hal, termasuk sastra, dan karena itu Sastrawan Jakarta sendiri sering luput dari pemetaan. Temu sastra Jakarta digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk membuat Jakarta selain sebagai ibu kota negara, juga sebagai sebuah kota (mentropolitan) yang spesifik.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta mengundang para penyair, cerpenis, novelis, penulis naskah drama, eseis, kritikus sastra, yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok), untuk menghadiri acara Temu Sastra Jakarta 2003, 19-21 Desember 2003 di Taman Ismail Marzuki. Acara tersebut akan diisi dengan diskusi, pembacaan karya, bazaar buku dan pameran komunitas sastra, serta peluncuran empat buku (antologi puisi, antologi cerpen, kumpulan makalah dan Leksikon Sastra Jakarta) yang diterbitkan oleh Penerbit Bentang Budaya, Yogyakarta.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta mengundang para penyair, cerpenis, novelis, penulis naskah drama, eseis, kritikus sastra, yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok), untuk menghadiri acara Temu Sastra Jakarta 2003, 19-21 Desember 2003 di Taman Ismail Marzuki. Acara tersebut akan diisi dengan diskusi, pembacaan karya, bazaar buku dan pameran komunitas sastra, serta peluncuran empat buku (antologi puisi, antologi cerpen, kumpulan makalah dan Leksikon Sastra Jakarta) yang diterbitkan oleh Penerbit Bentang Budaya, Yogyakarta.
Diskusi akan berlangsung di Galeri Cipta II dan PDS HB Jassin, Jumat-Minggu, 19-21 Desember 2003, pagi dan sore hari, pukul 9.30- 13.00 WIB dan pukul 14.00-17.00 WIB. Di waktu yang sama berlangsung dua diskusi yang berbeda, dan peserta bebas menghadiri diskusi yang disukai.
Para pembicara dan tema diskusi: Agus R. Sarjono dan Jeffri Alkatiri (Sastra Kota), Afrizal Malna dan Edy A. Effendy (Kritik Sastra Kota), Nur Zain Hae dan Eka Budianta (Komunitas Sastra), Medy Lukito dan Ayu Utami (Perempuan dan Seks dalam Sastra), Moh. Wan Anwar dan Riris K. Toha Sarumpaet (Institusi Pendidikan Sastra), Iwan Gunadi dan Linda Christanty (Sastra dan Buruh), F. Rahardi dan Arswendo Atmowiloto (Sastra dan Sub Urban), Jamal D. Rahman dan Ibnu Wahyudi (Antologi Sastra Kota), Manneke Budiman dan Esther Indah Yusuf (Konflik dalam Karya Sastra), Maman S. Mahayana dan Ahmadun Y. Herfanda (Sistem Penerbitan).
Para pembicara dan tema diskusi: Agus R. Sarjono dan Jeffri Alkatiri (Sastra Kota), Afrizal Malna dan Edy A. Effendy (Kritik Sastra Kota), Nur Zain Hae dan Eka Budianta (Komunitas Sastra), Medy Lukito dan Ayu Utami (Perempuan dan Seks dalam Sastra), Moh. Wan Anwar dan Riris K. Toha Sarumpaet (Institusi Pendidikan Sastra), Iwan Gunadi dan Linda Christanty (Sastra dan Buruh), F. Rahardi dan Arswendo Atmowiloto (Sastra dan Sub Urban), Jamal D. Rahman dan Ibnu Wahyudi (Antologi Sastra Kota), Manneke Budiman dan Esther Indah Yusuf (Konflik dalam Karya Sastra), Maman S. Mahayana dan Ahmadun Y. Herfanda (Sistem Penerbitan).
Pembacaan karya (puisi dan cerpen) akan berlangsung Galeri Cipta II, Jumat-Minggu, 19-21 Desember 2003, pukul 19.30-23.00 WIB. Para pembaca karya: Asep Samboja, Doddy Achmad Fawzy, Kurnia Effendi, Eka Kurniawan, Kinan Nasanti, Irman Syah, Song Hua, Esther Karsono, A. Zaim Rofiqi, Fikar W. Eda, Humam S. Chudori, Ayu Cipta, Rukmi Wisnu Wardhani, Binhad Nurohmat, Wilson Tjandinegara, Rachmat H. Cahyono, Akhmad Sekhu, Dianing Widya Yudhistira, Aris Kurniawan, Tulus Wijanarko, Bambang Joko Susilo, Widyawati Oktavia, Mahdiduri, Palris Jaya, Ucu Agustin, Maftuhah Jakfar, Endang Supriadi, Sihar Ramses Simatupang, Asma Nadia, Jeanne L. Yap, Widyawati Oktavia, Arie MP Tamba, Novia Syahidah dan Ihsan Abdul Salam.
Bazaar buku dan pameran komunitas sastra akan berlangsung di Galeri Cipta II, Jumat-Minggu, 19-21 Desember 2003, pukul 10.00-21.00 WIB. Komunitas sastra yang akan berpameran antara lain: Komunitas Utan Kayu, Creative Writing Institute, Komunitas Sastra Indonesia, Forum Lingkar Pena, Komunitas Penulis Tionghoa "Yin Hua", Himpunan Penulis Indonesia "Aksara", Bentara Budaya Jakarta, Yayasan Multimedia Sastra, Majalah Sastra Horison, dan Masyarakat Sastra Jakarta.
Pada acara Temu sastra Jakarta juga akan diluncurkan buku: Kota yang Bernama dan Tak Bernama (buku cerpen), Bisikan Kata Teriakan Kota (buku puisi), Sastra Kota (kumpulan makalah diskusi), dan Leksikon Sastra Jabotabek
Diperkirakan acara ini akan dihadiri oleh sekitar 300 peserta. Disamping dihadiri oleh sastrawan yang karyanya dibukukan, Temu Sastra Jakarta 2003 juga akan dihadiri oleh sejumlah sastrawan penting yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya, dan sejumlah sastrawan peninjau dari sejumlah kota provinsi di Tanah Air.
Dalam acara ini diharapkan para sastrawan di Jakarta dan sekitarnya bisa bersemuka. Bukan sekadar kangen-kangenan, tetapi lebih dari itu, untuk membacakan karya mereka, mendiskusikan kota mereka dari sudut pandang disiplin mereka sendiri. Dengan adanya forum ini hubungan atau kepedulian para sastrawan terhadap kota yang mereka tinggali akan teruji. Dengan begitu, sebuah kota telah dicatet dalam karya sastra atau sebaliknya. Ini sebuah upaya berharga dalam merayakan kebudayaan, memuliakan kesenian, khususnya sastra. Akhirnya, sebuah pertemuan yang menimbulkan inspirasi bagi penciptaan adalah momentum yang musti terus diupayakan dan dirayakan bersama.
(DKJ, Jl. Cikini Raya No.73, Jakarta Telepon 021. 3193 7639, 316 2780, Fax No. 3192 4616)
Thanks for share about this special event for me...di acara ini aku kebagian bacain Cerpenku Surat Misterius dengan cara yang tidak biasa...bawa properti pemulung, kostum pemulung dan minta tolong dua security buat jadi petugas yang pemburu pemulung dan tunas wisma Jakarta...memory yang tak akan terlupakan selama hidup...salam literasi Camar.
ReplyDeleteCamar, selamat buat pembacaan cerpenmu, ya. Salam dari Salatiga.
Delete