Oleh Irman Syah
Perkembangan kemajuan negeri sangatlah pesat dan terlihat
dari segala lini kehidupan. Negeri ini berusaha untuk mensejajarkan dirinya
dengan negara-negara lain di dunia. Kenyataan ini terbukti dari usaha yang
telah dilakukan. Transportasi, telekomunikasi, dan kecanggihan lainnya dalam
bidang usaha serta ekonomi menjadi mengemuka dan muncul mengedepan. Semua itu
menjadi angan semua orang dan mereka berusaha keras pula untuk mengikutinya
.
Semua berbondong-bondong untuk kelihatan sama dan sejajar
dengan gaya hidup masyarakat belahan dunia sana. Cerminan ini pun dipakai di
segenap lini kehidupan manusia. Maka, nyatalah bahwa kehidupan kebangsaan ini
mesti menjadi sesuatu yang siap bersaing dan bertarung dengan kondisi yang
didatangkan dari dunia luar. Begitu gambaran yang dilihat dalam keseharian
kehidupan kebangsaan dari kenyataan yang menggejala.
Di sisi lain, secara internal negeri ini kian rawan saja
dengan kenyataan keseharian atas dampak yang ditimbulkan . Hal ini dapat
memperburuk keadaan dalam negeri. Pertarungan dan pertikaian politik muncul tak
terduga. Benturan datang dari sana-sini. Kemajuan dan perkembangan tersebut
ternyata membuat dampak kehidupan personal dan kelompok pada masyarakatnya.
Semua memproklamirkan diri bahwa merekalah yang seakan-akan telah berbuat
banyak perihal kebaikan untuk negeri, tapi sesungguhnya dia malah mencari
keuntungan saja bagi kepentingan diri pribadi.
Kalaulah demikian kenyataannya, wajar saja negeri ini telah
menjadi kian parah dalam sakitnya. Sampah tak terbendung. Mulai dari rongsokan
produk otomotif, telekomunikasi, dan kemasan produk apasaja telah
bertimbun-timbun. Dan ini membuat pemandangan yang tak indah. Begitu juga
kemasan makanan dan minuman dan apalagi dalam kemasannya berupa plastik, yang
terakhir ini adalah sampah massal yang sangat memprihatinkan. Amat mengganggu
dan merusak tanah garapan, menutup selokan, menghalangi arus air di sungai dan
kesejukan nurani serta menimbulkan dampak yang lebih besar dan merugikan
manusianya.
Anehnya, masih saja ada yang berkata bahwa mereka satu-satnya
yang talah berbuat dan menganggap diri jadi pahlawan. Di sisi lain ada pula
yang mengumpat dan mencacimaki. Bahasa yang keluar tak berbandrol. Semua lepas
tanpa memikirkan etika dan sopan-santun. Nah. Bahasa semacam ini pun menjadi
sampah pula dalam ujudnya bagi yang lain. Bahasa-bahasa sampah pun kian
membudaya pula sehingga semua orang berhak memaki siapa dan apa saja dengan
semaunya. Sampah-sampah bahasa semacam ini pun kadang tertanam pula bagi
generasi pelanjut yang sangat diharapkan untuk menjadi pewaris negeri.
Beragam pertentangan dan komplikasi dikandung negeri. Jalan
pemerintahan untuk kesatuan dan keutuhan kian berbelok-belok, penuh pendakian
dan penurunan serta jurang yang menganga. Persimpangan-persimpangan kian
menawarkan dirinya di sana-sini. Lampu merah memunculkan muka kusam dan lapar.
Kendaraan yang lalu lalang mendentumkan musik sesuka hati. Sementara di luar
kaca, denting gitar-kecil bocah-bocah menderingkan koin-koin ekonomi.
Apa yang hendak dikata kalau kebudayaan telah menjadi anak
tiri di negeri sendiri. Orang-orang sibuk berhias mempercantik diri. Diskotik
dan lampu remang-remang menanti dengan senang hati. Mobil, taxi dan ribuan
motor menderumkan nasibnya ke ujung mimpi. Oplet-oplet jenis mikrolet dan
metromini melenggang kosong atau berderet dipersimpangan menunggu diisi. Perut
lapar di rumah pun tengah menanti. Iya, negeri ini kian sakit: moral, sopan
santun telah berubah lipatan uang kertas di kantong dan rekening yang menumpuk.
Sampah-sampah menjadi persoalan besar bagi kenyataan dan lingkunagan hidup
bangsa ini.
Di negeri ini, ternyata apa pun bisa terjadi.
Permainan-permainan para petinggi kian mengukuhkannya jadi belati. Tanpa sebab
dan karena ada saja yang bunuh diri. Atau bisa juga semacam kegilaan tersendiri
yang dengan sengaja menabrakkan mobilnya ke mana suka. Berita pun
mengapungkannya ke permukaan: aneh, negeri yang gemahripah loh jinawi berubah
jadi sampah di silang-sengketa. Bersahajalah sedikit, berkorbanlah, bersihkan
diri dengan hati dari kekotoran pemikiran biar tak terlihat sampah pula di mata
Penguasa semesta.
RoKe’S, 27 Februari 2013
No comments:
Post a Comment
SILAHKAN TINGGALkAN TANGGAPAN DI SINI