IRMAN SYAH PADA TEMU SASTRA JAKARTA 2003

Untuk pertama kalinya, Temu Sastra Jakarta di adakan di Ibu kota ini. Selama ini Jakarta dianggap pusat bagi segala hal, termasuk sastra, dan karena itu Sastrawan Jakarta sendiri sering luput dari pemetaan. Temu sastra Jakarta digelar Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) untuk membuat Jakarta selain sebagai ibu kota negara, juga sebagai sebuah kota (mentropolitan) yang spesifik.
spacer

TEMU PENYAIR LIMA KOTA, PAYAKUMBUH 27-28 APRIL 2008

Dewan Kesenian Payakumbuh, Kantor Pariwisata Kota Payakumbuh, Dewan Kesenian Sumatra Barat bekerja sama dengan komunitas-kumunitas seni dan sastrawan Sumatra Barat mengadakan hajatan puisi yang diberi nama Temu Penyair Lima Kota. Acara akan diisi oleh kegiatan diskusi sastra (puisi) dan kepenyairan di lima kota, launching buku kumpulan puisi, baca puisi, pementasan teater dan musik puisi. Beberapa tamu (penyair) yang diundang, antara lain:

Jogja : Abdul Khafi Syatra, As’adi Muhammad, Bernando J. Sujibto, Dwi Rahayoso, Faisal Kamandobat, Fahmi Am, Imam S Arizal, Indrian Koto, Joko Gesang Santoso, Komang Ira Puspita Ningsih, Mutia Sukma, Y. Thendra BP. Bali : Aa. Putu Santiasa putra, I kadek Surya Kencana, Ni Ketut Sudiani, Ni Made Frisca Aswarini, Ni Made Purnama Sari, Ni Putu Destriani Devi, Ni Putu Rastiti, Pranita Dewi, Zinda Ruud Purnama. Sumbar : Anda S, Chairan Hafzan Yurma, Heru JP, Iggoy El fitra, Esha Tegar Putra, Pinto Anugrah, Feni Effendi, Fitra Yanti, Ragdi F Daye, Romi Zarma, Nilna R Isna, Fadilla Ramadona, Zelfeni Wimra, Dedy Arsya, Sayyid Madany Syani. Lampung : Fitri Yani, Inggit Putria Marga, Iswadi Pratama, Jimmy Maruli Alfian, Lupita Lukman.
spacer

IRMAN SYAH DI BANGKA-BELITUNG, TSI 2009

Pada tanggal 30 Juli s.d 2 Agustus 2009 diadakan acara Temu Sastrawan Indonesia II di kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung. Pertemuan tersebut merupakan rangkaian dari pertemuan serupa setahun sebelumnya di Jambi. Tema TSI II adalah Sastra Indonesia Pascakolonial; dengan beberapa subtema: (1) Merumuskan Kembali Sastra Indonesia: Definisi, Sejarah, Identitas; (2) Kritik Sastra Indonesia Pascakolonial; (3) Membaca Teks dan Gerakan Sastra Mutakhir: Mencari Subyek Pascakolonial; (4) Penerjemahan Sastra: Keharusan, Pilihan, atau Sekadar Perkenalan?
spacer

TEMU SASTRAWAN INDONESIA DI JAMBI, 2008

“Alhamdulillah kami sdh mulai mengikuti acara Temu Sastra di Jambi. Wass L.K.Ara.” Pesan singkat itu datang dari penyair senior LK Ara. Saya membalas pesan singkat itu: “Selamat datang di Jambi. Acr sdh dimulai. Menarik gak acrnya? Dari Aceh siapa saja yg datang?” Tak lama, LK Ara membalas pula dengan sangat singkat: “Ada Din Saja dan Doel CP. Acara biasa saja.” Din Saja dan Doel CP Allisah dimaksud adalah dua penyair dari Aceh.

Sungguh, saya baru ngeh acara sastra itu sudah dimulai. Acara itu berlangsung pada 7-11 Juli 2008. Menurut sebuah berita, sedikitnya 200 sastrawan Indonesia akan mengikuti acara itu. Acara itu diisi dengan dialog sastra, baca puisi, peluncuran antologi puisi dan cerpen sastrawan Indonesia, juga wisata budaya ke situs Candi Muaro. Berita-berita tentang ini silakan simak berikut ini. 
(Laporan: Yurnaldi & Irma Tambunan/Wartawan Kompas)
spacer

FKY: IRMAN SYAH MEMUKAU SASONO HINGGIL JGJ

Sastra: Keraton Yogya Bertabur Puisi
SELAMA dua malam berturut-turut, 23-24 Agustus 2007, keraton Yogya bertabur puisi. Tidak kurang dari 30 penyair Indonesia membacakan sajak-sajak mereka di Sasono Hinggil, bagian dari komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Salah satu mata acara Divisi Sastra Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) XIX/2007 itu dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Ir Condroyono MSp, dengan me-launching buku sastra FKY XIX, Tongue in Your Ear, yang berisi makalah pembicara, puisi para penyair dan esei peserta workshop, setebal hampir 500 halaman.

Usai 'ritual' pembukaan, peyair Irman Syah (Jakarta) menggebrak dengan dendang puisi dan gerak randai yang memukau ratusan penonton. Kemudian tampil berturut-turut Hamdy Salad (Yogya), S Yoga (Ngawi), Wayan Sunarta (Karangasem), Bustan Basir Maras (Yogya), Badrudin Emce (Cilacap), Afrizal Malna (Yogya), Sindu Putra (Mataram), Arie MP Tamba (Jakarta), Aslan Abidin (Makassar), Hasta Indriyana (Yogya), Jamal T Suryanata (Pleihari), Wowok Hesti Prabowo (Tangerang), Thompson Hs (Pematang Siantar), Mardi Luhung (Gresik) dan Toto ST Radik (Banten).
spacer

Festival Kesenian Yogyakarta XIX 2007


People’s Puppet Project, Teater Boneka Raksasa (kolaborasi grup Snuff Puppet, Australia, dengan seniman-seniman Yogyakarta). Kerja sama Festival Kesenian Yogyakarta XIX 2007 dengan Yayasan Bagong Kussudiardja.
3 Juni 2007, jam 15.00 WIB-selesai
Alun-alun Utara Yogyakarta
spacer

Kursi-NYA

(Pertunjuan Teater Eksperimental)
Teks: Irman Syah

DI SEBUAH BUKIT YANG DILINGKARI KAWAT BERDURI, BEBERAPA ORANG SEDANG SIBUK MENCARI: ENTAH APA... ADA YANG DI BAWAH, ADA YANG BERUSAHA UNTUK MENDAKI DAN ADA PULA YANG HANYA MENYORAKI.
SESEORANG: Oi…
SESEORANG: Oi…
SESEORANG: Oiii…

spacer

TEMAN di TAMAN



(Idris Pasaribu, Martin Alaida, Tandy S Kober, dan 
Seniman Senen (KoP’S), Mengulik-ulang “Puisi dan Cita Bahasa”)

PENDAHULUAN
Semenjak renovasi Gelanggang Remaja Jakarta Pusat, KoP’S (Komunitas Planet Senen) yang secretariatnya bertempat di gelanggang ini lebih banyak bergerak di dunia maya (facebook) yang programnya antara lain fasilisasi seniman dalam berbagai bentuk dan kegiatan yang bekerjasama dengan beberapa Grup Komunitas lainnya. Kegiatan ini juga masih membuat Komunitas Planet Senen tetap menjadi sebuah Komunitas yang dipertimbangkan secara fungsi dan informasi lewat apa yang dihadirkannya. Beberapa kegiatan yang berjalan antara lain: kemitraan dengan KOMPI (Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia), Situ seni.com, dan berbagai even dan grup lainnya. Semua itu semakin membuat KoP’S tetap ditunggu-tunggu kiprahnya.

Selesai renovasi, Gelanggang Remaja Jakarta Pusat bersolek dengan Pagar yang mengungkung. Pagar yang tinggi dan besar tersebut semakin membuat ‘spirit’ Seniman Senen makin bergelora dalam dada kehidupan program-program yang bakal muncul ke permukaan. “Kita N Kite”, “Teman di Taman” akan lebih mengemuka dalam hal meujudkan Ruang Publik menjadi Ruang Kultural.
spacer