Lingkar Humanis Universal

Mengemas Kuntum Hidup..

One World, One’s Nation, The Human Nation (Satu Dunia, Satu Bangsa, Bangsa Manusia), sebuah impian terindah bagi makhluk yang bernama manusia, untuk dapat hidup dalam satu dunia, satu kebangsaan, yakni bangsa manusia.

Betapa keinginan luhur tersebut, mulai marak di dengungkan dari berbagai penjuru mata angin di atas muka bumi. Kehidupan secara damai dalam satu tatanan, penuh kesadaran diri, untuk tidak lagi membedakan Ras (warna kulit) serta membanggakan kebangsaan yang justru menciptakan jurang pemisah, antar bangsa-bangsa di muka bumi. Bahkan bisa saling menghormati perbedaan keyakinan dalam beragama, dalam satu tatanan berbangsa, yakni bangsa manusia.
spacer

Musikalisasi Puisi dan Pluralitas Bunyi


KETIKA dirujuk judul di atas pada Kamus Umum Besar Indonesia akan ditemukan rangkaian pengertian yang dapat dilihat, seperti: “Plu-ra-lis-tis: banyak macam; bersifat majemuk: di Indonesia masyarakatnya serba (…)”, Maka keragaman itu perlu dikemas menjadi bangunan yang harmoni, sebagaimana alam semesta dengan bunyi jangkriknya di saat malam diiringi desir sungai yang mengairi sawah atau malah ditambah lagi dengan ragam suara kodok yang berpesta ketika hujan tiba melengkapkannya.
spacer

Setelah Dua Tahun

masih kurindukan
kau gelantungan
membisikkan mimpi-mimpi agustus
pelaminan kemerdekaan
Batin Mahagala
atau Puti Rancak Budi
yang lahir
dari rahimmu
menebas dunia
spacer

Catatan dari Beranda

sejauh apa pun gapai takkan mampu merengkuh cinta
kecuali takdir atau derita perjalanan
maka kembalikan saja mimpi pada mimpi
dan hidup tak semisal angka yang begitu saja dijumlah
atau dibagi semau hati
sekukuh apa pun janji takkan pasti bagi esok
jangan puja bayang-bayang malam tanpa bulan kecuali
misteri tak terkubur bagi hidup
yang pernah singgah di jiwa
spacer

Meniduri Mawar

ketika harus membagi wangi
mawar terperangkap genggaman tampuk, batang, dahan
dan ranting
sedang jambangan menanti, makam menunggu, pesta riuh
tepuk-tangan, serta peluk-cium pun amat merindu:
mawar jadi ragu memaknai diri sendiri..
spacer

Madah Bintang

ambil sebilah madah dari cahaya mata
yang pernah menikam jantung hatimu
tenung impian mendebarkan itu
demi kehidupan bagi hidupmu yang kau cerca
dengan penuh kasih-sayang
spacer

Dari Teks Tulis ke Teks Pangung

Oleh IrmanSyah
Suatu hari ada kawan-kawan yang berkomentar dan menilai apa adanya tentang event puisi, “Pembacaan puisi itu sesuatu yang membosankan dan selalu begitu-begitu saja..”

Entah kenapa, aku hanya terdiam dan tak berusaha untuk membantah, tapi ada yang bergolak di dalam batin: mengapa aku tak mampu berucap dan mulut ini berasa terkunci? Akhirnya aku hanya berusaha menenangkan diri...Memang, sampai saat ini belumlah ada format baku untuk melisankan puisi ke public. Pengamat kesusastraan seakan tak mampu merumuskan format pencarian-pencarian creator dalam pencapaian estetika puisi. Dan sejauh ini masih saja terhenti pada persoalan baca dan puisi, atau hanya sampai deklamasi, sementara perkembangan sastra (puisi) dan keinginanan penonton terlebih dulu punya harapan yang lebih tinggi.
spacer

Rekultura Kita n KitE


Program Bulanan: Snen-aN Komunitas Planet Senen (KoP’S) kali ini akan menghadirkan ragam peristiwa “Publik Bangsa” untuk memeriahkan Tahun Baru 1 Muharam 1430 Hijriah. Acara ini jatuh pada hari Senin (29/12) pukul 20.00-selesai bertempat di Plaza Depan Gelanggang Remaja Jakarta Pusat, tepat di depan Stasiun Besar Senen Jakarta. 

“Kita en Kita” ini adalah silaturrahmi humanis kawan-kawan di Planet Senen; antara lain, seniman, budayawan, pemulung, calo, pengamen, waria, dan lain-lain. Konsep acara disesuaikan dengan missi KoPS yang selalu berusaha untuk memenfaatkan ruang public menjadi ruang cultural dengan masyarakat terlibat di dalamnya.
spacer

Pencerahan di Planet Senen


Langit putih tebal yang menyelimuti Plaza Gelanggang Remaja Planet Senen, tiba-tiba tersingkap dan berubah menjadi cerah setelah do’a pembuka acara dilantunkan. Nampak para hadirin begitu larut dalam kekhusuan do’a dan mengaminkannya, tidak terkecuali para seniman besar era 60-an. Mereka hadir dalam acara Lampion Sastra, 28 juli 2008, senen malam, atas kerjasama Dewan Kesenian Jakarta dan Komunitas Planet Senen.

Sebelum pencerahan berlanjut di atas panggung dalam bentuk puisi dan komentar dihadapan public, ditayangkan sebuah film documenter yang berjudul “Mesin Biografi”, karya/Sutradara Ipoer Wangsa berdurasi sekitar dua puluh menit. Dalam film itu masing-masing penyair mengutarakan sikap keseniannya, dan menyampaikan makna lingkungan yang melahirkan dan membesarkan mereka. Kelima penyair yang mewakili generasi aktif dalam Komunitas Planet Senen itu antara lain: IrmanSyah, Imam Ma’arif, Giyanto subagio, Ahmad Sekhu, dan Widodo Arumdono.
spacer

KoP'S: Tarian Planet

Sebuah laporan penemuan Program Komunitas Kreatif (Creative Community Program), menjelaskan, “bahwa 138 orang (seniman Budayawan) yang memberikan jawaban tertulis 73 orang memandang seni pertunjukan sebagai seni yang paling perlu diberikan dukungan, terutama tarian, musik wayang, dan sebagainya. Meskipun temuan itu tidak sepenuhnya benar (relatif), namun perlu diberikan apresiasi, setidaknya ketika Komunitas Planet Senen meggelar seni tari, 30 juni 2008, senen malam di Plaza Gelanggang Remaja Planet Senen.
spacer